Budidaya Jagung Zig-zag di Lahan Kering Masam

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Lahan kering masam menjadi tantangan bagi pertanian Indonesia. Dengan luas lahan masam yang mendominasi dari luasan lahan pertanian di Indonesia, lahan kering masam merupakan potensi yang sangat besar untuk ketahanan pangan Indonesia dan penyokong perekonomian nasional.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry pada sebuah kesempatan mengatakan bahwa sektor pertanian masih berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Optimalisasi sumberdaya lahan dengan pengelolaan yang tepat akan memberikan hasil pertanian yang optimal juga.

Desa Margototo, Kecamatan Metrokibang, Kabupaten Lampung Timur, Lampung merupakan salah satu sentra penghasil jagung di Indonesia. Kegiatan pertanian jagung di wilayah ini sangat tinggi, baik secara individu maupun kelompok tani.

Dengan peran aktif dari petani kooperator dari wilayah Margototo dalam menerapkan teknologi rekapitulasi fosfat alam yang disampaikan oleh Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Balitbangtan, terlihat jelas peningkatan produktivitas jagung di wilayah ini.

Untuk lebih menyebarluaskan capaain teknologi rekapitulasi fosfat alam, maka dilaksanakan acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Pendampingan Program Strategis Kementerian Pertanian di Desa Margototo (3/3/2021). Dalam Bimtek ini, para peserta dengan dipandu peneliti Balittanah, terlibat aktif dalam diskusi antara petani yang pernah menjadi kooperator sistem budidaya jagung zig-zag di lahan kering masam. Petani kooperator Eko Suprapto sudah sangat berpengalaman dengan sistem tanam jagung zig-zag mengungkapkan bahwa panen jagung bisa mencapai 12 ton/ha pipilan kering.

Peneliti Balittanah Adha Fatmah yang menjadi narasumber Bimtek memaparkan kunci utama dan tahapan dalam menerapkan teknologi rekapitulasi fosfat alam. Pertama, aplikasi rock phosphate 1 ton/ha, diinkubasi selama satu minggu. Kedua, aplikasi dolomit 1 ton/ha (sesuai dengan tingkat kemasaman), diinkubasi selama satu minggu. Ketiga, aplikasi pupuk kandang atau bahan organik 1 ton/ha saat tanam; dan keempat, pemupukan sesuai tingkat kesuburan tanah.

Kelebihan pemakaian rock phosphate di lahan kering masam adalah bahwa aplikasi satu kali bisa digunakan sampai lima musim tanam tanpa penambahan pupuk P. Keuntungan dari peningkatan produksi serta biaya pemupukan lebih besar dari biaya pupuk rock phosphate. Secara ekonomi aplikasi rock phosphate memberikan keuntungan ekonomi tinggi untuk pertanaman jagung di lahan kering masam.

Pada Bimtek tersebut, Kepala Balittanah, Ladiyani Retno Widowati mengatakan bahwa sektor pertanian teruji dan menunjukkan kinerja positif di masa pandemi Covid-19. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal II 2020 PDB sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia dengan pencapaian 16,24 persen.

Dalam kondisi apapun seperti Covid-19, pertanian harus tetap dan terus bejalan dengan baik, untuk menghadapi Covid-19. “Kehadiran Balittanah dengan inovasi teknologinya dalam kondisi pandemi adalah bentuk komitmen terhadap kemajuan pertanian Indonesia,” pesan Ladiyani.

Dalam Bimtek ini diserahkan hasil inovasi Balittanah berupa Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), Agrodeko, serta Agrimeth. (Sumber Balittanah)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author