Jakarta, Technology-Indonesia.com – Melanjutkan kunjungan kerja di Gorontalo, Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian meninjau salah satu kegiatan BPTP Gorontalo, di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bone Bolango. Tujuan utama kunjungan ini menuju Gapoktan Rukun Makmur yang perjalanannya memakan waktu kurang lebih 2 jam dari Kota Gorontalo.
Gapoktan Rukun Makmur merupakan pelaksana Kegiatan Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Padi Dengan Sistem Integrasi Tanaman Ternak di Provinsi Gorontalo. Kegiatan ini diharapkan dapat membangun Model pertanian bioindustri padi integrasi dengan ternak berorientasi pada pemenuhan pangan (food), pakan (feed), dan biofuel.
“Model bioindustri di sini termasuk ke dalam level ke-3. Pada tingkat ini ditandai dengan zero waste, terjadi peningkatan nilai tambah dalam semua aspek bagian, berkelanjutan, dan kembali kepada organik” papar Awaluddin Hipi, Kepala BPTP Balitbangtan Gorontalo.
Model bioindustri di Gapoktan Rukun Makmur telah memasuki tahun keempat. Melalui kegiatan ini, telah tersusun dan beraktivitas dengan baik integrasi ternak sapi dengan padi. Padi menghasilkan beras dan limbah berupa jerami, dan dedak. Beras yang diperoleh dengan sistem organik, memiliki kisaran harga Rp. 12.500,- per kilogram, lebih tinggi Rp. 3.500,- daripada beras setempat yang diproduksi secara umum.
Limbah berupa jerami dimanfaatkan sebagai bahan utama kompos, yang mengandung silikat yang sangat baik bagi tersedianya nutrisi padi selanjutnya. Sementara dedak digunakan sebagai bahan pakan utama sapi. Pemeliharaan sapi di kandang memperoleh pakan utama dari dedak, dan ditambahkan rerumputan atau hijauan makan ternak (HMT) lainnya sebagai pelengkap nutrisinya. Sapi yang dipelihara merupakan Sapi Bali dengan tujuan penggemukan.
Capaian lainnya yaitu limbah dari kandang yang berupa kotoran dan urin sapi, dialirkan ke dalam digester biogas. Gas yang dihasilkan telah dimanfaatkan dalam rumah tangga petani. Hasil limpahan akhir dari kotoran sapi dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang telah dibentuk dalam granuler dan dikemas dalam kantong plastik ukuran kemasan 25 kg. Sementara limbah cair berupa urin sapi dimanfaatkan sebagai pupuk cair organik yang sebagian besar diaplikasikan kembali ke lahan padi.
Tahun 2019 nanti merupakan tahun terakhir pendampingan Badan Litbang Pertanian dan BPTP Balitbangtan Gorontalo dalam Model Bioindustri ini.
“Kegiatan Model Biodustri ini harus sudah mencapai tahapan Korporasi. Harapannya, jika tahapan korporasi dapat dicapai maka peningkatan nilai tambah bagi harga beras organik dan peningkatan pendapatan petani akan dapat dicapai dengan baik,” pesan Haris. SHP/SB