Bogor, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menghasilkan sejumlah produk nanoteknologi yang diterapkan pada aspek hulu-hilir pertanian dan pangan dengan berbagai status tahapan pengembangannya. Salah satunya bioplastik nanoselulosa limbah pertanian yang mudah terurai secara alami dalam waktu sekitar 60 hari.
Kepala Balitbangtan, Dr. Fadjry Djufry mengatakan Bioplastik umumnya diproduksi dari pati khususnya pati singkong. Namun, bioplastik yang ada di pasaran saat ini masih memiliki kekurangan yaitu kuat tariknya yang rendah serta permeabilitasnya yang tinggi.
Penambahan nanoselulosa dari limbah pertanian hasil penelitian Balitbangtan mampu meningkatkan kuat tarik sekaligus menurunkan permeabilitas bioplastik. “Penambahan nanoteknologi membuat bioplastik ini lebih kuat 6-7 kali dibanding bioplastik di lapangan,” terang Fadjry saat Launching Inovasi Balitbangtan Di Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor, Kamis (22/8/2019).
Penggunaan limbah pertanian seperti tongkol jagung, limbah sawit, pati singkong dan lain-lain sebagai bahan baku nanoselulosa mampu mengurangi pencemaran akibat limbah yang tidak tertangani dengan baik. “Dengan teknologi yang kita miliki, Balitbangtan sudah menghasilkan bioplastik yang bisa hancur secara alami dalam waktu 60 hari. Pastik yang beredar sekarang ini baru bisa hancur setelah 500 tahun dan hanya menjadi sampah yang menutupi gorong-gorong,” katanya.
Meskipun begitu, harga jual bioplastik umumnya 3 hingga 3,5 kali lebih mahal dari plastik konvensional atau sekitar Rp 700 – Rp 2.000 per kantong. Kedepan pihaknya berharap dukungan dari mitra stakeholder supaya harganya bisa lebih murah. Kepala Balitbangtan yakin kalau ada dukungan dari pemerintah pusat dan daerah untuk memastikan penggunaan bioplastik ini, melalui kerjasama dengan industri, pasti akan lebih murah.
Karena masih skala riset atau percobaan, harga bioplastik ini lebih mahal, tapi untuk pelestarian lingkungan 100 tahun ke depan memang harus dimulai dari sekarang. Kalau ada political will dari kita semua, bioplastik ini bisa menjadi salah satu solusi untuk menjaga kelestarian lingkungan,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Walikota Bogor Dedie A Rachim memberikan apresiasi yang tinggi kepada Balitbangtan, Kementerian Pertanian yang sudah menghasilkan banyak sekali inovasi di bidang pertanian yang sebetulnya sangat bermanfaat kehidupan sehari-hari.
Sebagai informasi, Pemerintah Kota Bogor telah mengeluarkan larangan penggunaan kantong plastik di toko modern dan pusat perbelanjaan. Untuk itu Dedie berharap ada industri besar yang memproduksi bioplastik ini sehingga harganya bersaing dengan kantong plastik konvensional dan masyarakat bisa memanfaatkan bioplastik yang tidak merusak lingkungan.
Terkait produk bioplastik, Wakil Walikota Bogor berharap para peneliti mematenkan hasil riset tersebut kemudian menggandeng industri supaya ada lisensinya. “Industri yang berbasis pada hasil penelitian harus didorong untuk pemanfaatan bersama,” pungkasnya.