BI Gandeng BPTP Banten Kembangkan Talas Beneng

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Setelah pembentukan Cluster Talas Beneng beberapa waktu lalu, Bank Indonesia (BI) Cabang Banten akan membuat percontohan budidaya Talas Beneng pada lahan seluas 5 hektare (ha). Upaya ini sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap peningkatan ekspor Talas Beneng.

Lahan yang akan digarap berlokasi di Desa Campaka Kec. Kaduhejo Kab. Pandeglang. Saat ini, lahan tersebut telah ditanami ratusan tanaman yang dapat berfungsi sebagai pelindung seperti tanaman pisang, cengkeh, durian, melinjo, dan lain-lain.

Keberadaan tanaman pelindung tersebut akan menguntungkan tanaman Talas Beneng nantinya karena Talas Beneng cenderung optimal pertumbuhannya di bawah naungan.

Dalam pembuatan percontohan budidaya Talas Beneng tersebut, BI Banten menggandeng Balai Pengkajia Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Banten. Rencananya, BPTP Banten akan melakukan pelatihan dan pendampingan teknologi budidaya kepada Poktan yang telah terwujud sebagai Cluster Talas Beneng.

Komoditas Unggulan

Talas Beneng yang kini sedang naik daun karena menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan dari Provinsi Banten, telah menarik minat petani dan pengusaha untuk memperluas areal pertanaman, bahkan hingga keluar Pulau Jawa. Untuk itu, percontohan teknologi penting dilakukan agar produksi yang diperoleh dapat optimal.

Selain umbi, daun Talas Beneng juga bernilai “dolar” terutama dalam bentuk rajangan kering. Tidak hanya itu, batang pelepah juga berguna sebagai pakan ternak, dan kini kulit pelepahnya tengah dilirik sebagai bahan anyaman berbagai kerajinan seperti topi, tikar, tas dan sandal.

Ditengah populernya porang di kalangan pelaku usaha pertanian, talas Banten yang masih satu kerabat umbi ini ternyata juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor dan bahan pangan alternatif. Ukuran talas asal Provinsi Banten ini tidak seperti talas lainnya, sehingga dinamai talas beneng yang artinya besar dan koneng/kuning, dan digolongkan dalam giant taro atau big elephant’s ear.

Selain potensi ukurannya, talas ini memiliki kadar protein (7.17%) dan mineral (13.70%) yang relatif tinggi. Potensi ini didukung pula oleh kemudahan budidayanya di lahan basah maupun kering, sehingga dapat dikembangkan di lahan marjinal.

Saat ini, Pemerintah Provinsi Banten terus memacu budidaya talas beneng melalui pengembangan area lahan tanam yang diperkirakan mencapai 100-300 hektare dan berpotensi bertambah sehingga tercipta kawasan talas 1000 hektare. Atas dasar potensi dan keunikannya, pemerintah setempat menobatkan talas Beneng sebagai salah satu ikon Banten.

Dibalik besarnya potensi talas sebagai sumber pangan alternatif, ternyata belum diimbangi dengan pemanfaatannya. Umumnya masyarakat memanfaatkan talas terbatas sebagai kudapan berupa keripik, kolak, ubi goreng dan ubi rebus atau tambahan sayur.

Berbeda dengan negara-negara lain seperti Jepang dan New Zealand, talas dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pangan berbasis karbohidrat seperti roti, kue-kue, makanan bayi atau produk-produk ekstrusi yang bernilai ekonomi tinggi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, ekspor talas secara keseluruhan bernilai USD 3,07 juta dengan volume mencapai 2.909 ton dalam bentuk beku maupun segar untuk memenuhi permintaan negara Thailand, Jepang, China, Singapura, Malaysia, Vietnam, Australia, dan Belanda.

Kementerian Pertanian mendukung pengembangan agribisnis dan agroindustri talas beneng dengan melepas varietas beneng menjadi varietas unggul talas melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 981 tahun 2020.

Kepala Badan Penelitian danPengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry DJufry mengatakan pengembangan model agorindustri dan agribisnis talas beneng sangat dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tambah produk dan mendukung ketahanan pangan. Produk-produk baru dan kekinian berbahan talas perlu dikembangkan teknologinya selain produk talas beku yang memang sudah diekspor.

Untuk mendukung pencapaian target tersebut, pada tahun ini Balitbangtan memasukkan komoditas talas Beneng dalam program riset dan pengembangan inovasi kolaboratif. “Diharapkan, dengan adanya program ini, dapat mempercepat hilirisasi teknologi Litbang yang dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas ini,” jelas Fadjry.

Tak hanya kolaborasi internal Balitbangtan, aksi kolaborasi riset ini turut melibatkan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten, Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, asosiasi dan perkumpulan serta UMKM penggiat talas beneng dan stakeholder terkait lainnya..

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author