Berkat Metode Pikung, Tanaman Jeruk Umur 30 Bulan Mampu Berbuah Lebat

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Budidaya tanaman jeruk, terutama jeruk keprok membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berproduksi. Tidak seperti jeruk siam, umumnya jeruk keprok membutuhkan waktu rata-rata empat tahun untuk berproduksi.

Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang membuat banyak petani lebih memilih mengembangkan jeruk siam yang relatif lebih cepat berproduksi dibandingkan dengan jeruk keprok. Padahal jeruk keprok memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi karena jeruk impor yang membanjiri pasar dalam negeri merupakan jenis keprok.

Untuk mengatasi permasalahan lamanya produksi pada jeruk keprok, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian memperkenalkan metode pemijatan dan pelengkungan untuk mempercepat tanaman jeruk berbuah.

Teknik pijat lengkung atau yang biasa disebut dengan pikung, telah diaplikasikan di Kebun Percobaan Banaran, Balitjestro, Balitbangtan. Hasilnya, tanaman jeruk Keprok Batu 55 dapat berbuah pada umur 2,5 tahun dengan produksi 20 kg hingga 25 kg per pohon.

Cara melakukan pikung cukup mudah, yaitu dengan melengkungkan cabang atau ranting pelan-pelan sampai berbunyi tetapi tidak patah. Tahapan pikung dimulai dari cabang bagian bawah kemudian sampai ke atas.

Menurut Kepala Kebun Percobaan Banaran, Balitjestro, Ady Cahyono, waktu yang tepat untuk melakukan perlakuan pelenturan percabangan adalah pada saat tanaman mulai layu tepatnya di awal musim kemarau (awal tanaman mengalami kondisi stress air).

Namun, sebelum melakukan pelenturan, tanaman dipupuk terlebih dahulu tiga bulan sebelumnya untuk penambahan nutrisi. “Sebulan berikutnya baru kita Pikung saat nutrisi sudah terserap,” terangnya. Selama 2-3 bulan tanaman yang sudah diperlakukan pelenturan tidak perlu disiram air.

“Jadi petani tidak harus menunggu 4 tahun dengan biaya tinggi. Kita bisa buahkan pada umur 2,5 tahun sehingga ada efisiensi anggaran untuk saprodi (sarana produksi) sebesar 37,5%,” kata Ady Cahyono.

Kepala Balitjestro, Taufiq M. Ratulle menjelaskan bahwa dengan adanya metode ini petani akan lebih bersemangat untuk mengembangkan jeruk keprok disamping jeruk siam. Karena teknik ini cukup mudah untuk diaplikasikan dan tidak perlu keterampilan khusus, jelasnya.

“Dengan metode pikung petani tidak perlu khawatir untuk menanam jeruk keprok karena umur produksi awal relatif sama dengan jeruk siam,” katanya. Ind/Krn/SB

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author