Jakarta, Technology-Indonesia.com – Tidak lama lagi, penduduk Singapura bisa menikmati nanas yang diekspor dari wilayah Kabupaten Karimun, khususnya dari Pulau Kundur. Potensi dan luas areal pertanaman nanas yang cukup besar, serta letaknya yang sangat dekat dengan Singapura, menjadikan pulau ini memiliki peluang besar menjadi pemasok utama buah nanas ke Singapura.
Hal ini bisa terwujud karena Program Lumbung Pangan Berorientasi Ekspor – Wilayah Perbatasan (LPBE-WP) dari Kementerian Pertanian (Kementan). Program ini bertujuan mendorong ekspor produk pertanian Indonesia dari wilayah perbatasan sehingga biaya transportasi bisa ditekan. Tujuan lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha tani di wilayah perbatasan yang selama ini agak terlupakan.
Pulau Kundur merupakan salah satu pulau di Kabupaten Karimun yang termasuk wilayah terluar Indonesia. Pulau ini memiliki potensi buah nanas yang cukup besar dengan luas pertanaman nanas sekitar 300 hektare. Letaknya yang sangat dekat dengan Singapura, menjadikan pulau ini memiliki peluang besar untuk menjadi pemasok utama buah nanas ke Singapura.
Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Karimun mencanangkan untuk memulai ekspor perdana nanas ke negara tetangga pada tahun 2018. Untuk itu, Dinas Pangan Pertanian menggandeng Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan), Ditjen Hortikultura, PT Alamanda Sejati Utama untuk merealisasikan rencana ekspor Nanas Kundur tersebut.
Kepala Dinas Pangan Pertanian Kabupaten Karimun, Muhammad Affan mentargetkan ekspor perdana Nanas Kundur dapat dilakukan pada 20 Oktober 2018 bersamaan dengan peringatan ulang tahun Kabupaten Karimun.
Untuk persiapan acara tersebut, berbagai kegiatan telah dilakukan antara lain perbaikan bangunan PHO (Provisional Hand Over) yang sudah lama dibangun namun belum difungsikan sehingga cukup layak digunakan untuk penanganan segar buah nanas. Selanjutnya, Balai Besar Pascapanen Pertanian membantu penyiapan line proses penanganan segar nanas hingga siap ekspor.
Beberapa peralatan yang disiapkan sebagai persyaratan sebuah PHO diantaranya bak pencucian, bak sterilisasi dengan menggunakan ozon, meja peniris yang dilengkapi dengan blower, meja sortasi dan pembersihan yang dilengkapi dengan hembusan angin dari kompresor serta meja pengemasan.
Selain bantuan peralatan, peneliti Balai Besar Pascapanen berperan aktif sebagai narasumber Bimbingan Teknis (Bimtek) yang diselenggarakan oleh Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Karimun bekerjasama dengan PT Alamanda Sejati Utama pada 19 – 21 September 2018. Bimtek dikuti sekitar 50 orang peserta yang terdiri atas para petani nanas dan PPL wilayah Kabupaten Karimun.
Materi utama yang disampaikan adalah teknik penanganan pascapanen buah nanas untuk ekspor, mulai dari penentuan waktu panen hingga produk siap untuk ditransportasikan. Disamping teori, peserta Bimtek mendapat pelajaran praktek di lapangan mulai dari pemetikan, pengumpulan nanas di lapang hingga pengemasan.
Kepala BB Pascapanen, Risfaheri mengatakan dengan fasilitas PHO yang cukup lengkap diharapkan ekspor perdana nanas menjadi awal dari bangkitnya perekonomian di daerah perbatasan, khususnya bagi para petani nanas di Pulau Kundur. Saat ini permintaan Nanas Kundur mulai berdatangan dari beberapa negara selain Singapura seperti Iran dan Hongkong.
Ke depan, untuk bisa mengirimkan nanas ke negara Timur Tengah dalam kondisi tetap segar diperlukan teknologi pascapanen yang lebih canggih lagi karena waktu transportasi yang lebih lama. Untuk itu fasilitas PHO ini perlu lebih dilengkapi dengan fasilitas lain seperti bubble washer, cold room, coating, forklift serta pelabuhan kontainer.