Jakarta, Technology-Indonesia.com – Saat ini, makin banyak produk UMKM lokal yang punya ciri khas tersendiri. Tidak sedikit pula produk lokal yang mengutamakan pemakaian bahan baku ramah lingkungan. Salah satunya adalah Node, sepatu (biosneakers) berbahan baku serat alam lokal.
Komponen utama biosneakers Node antara lain serat rami yang lembut dan kuat, serat bambu antibakteri, kapas, dan karet alam. Sol sepatu ramah lingkungan ini diinjeksi teknologi nanobiosilika dari sekam padi hasil riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Merek sepatu lokal asal Sukabumi, Jawa Barat ini merupakan kependekan dari no deforestation (tidak ada penebangan hutan). Sesuai labelnya, bahan baku sepatu Node berasal dari komponen alami atau bio commponent.
Ada 13 komponen alam yang Node pakai, misalnya, sekam padi, karet alam, kain goni, serat kenaf, dan perekat sepatu yang menggunakan bahan berbasis eucalyptus. “Yang dimaksud 100% komponen bio adalah tidak ada unsur plastik atau logam,” kata David Chrisnaldi Chief Executive Officer Node.
Karena keunikannya, sepatu node dilirik oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Sandi memperkenalkan sepatu ramah lingkungan tersebut dalam acara Weekly Press Briefing (WPB) pada 29 November 2021. Sepatu ramah lingkungan NODE Biosneakers yang merupakan hasil riset dan produksi PT. Triangkasa Lestari Utama (TLU) bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen), Balitbangtan.
Sandi mengatakan biosneakers ini terbuat dari bahan-bahan pertanian lokal yang ramah lingkungan dan menunjukkan adanya kolaborasi apik antara pemerintah dengan pelaku usaha ekonomi kreatif. “Kita lihat pandemi Covid-19 tidak menyurutkan kreativitas anak muda pelaku usaha. Anggapan awal industri sepatu tidak berhubungan dengan pertanian, ternyata malah sangat nyambung,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Kepala BB Pascapanen, Prayudi Syamsuri, menyampaikan bahwa lahirnya sepatu Node berangkat dari keingingan Menteri Pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani, baik melalui peningkatan produktivitas dan produksi padi, maupun pemanfaatan hasil samping/limbahnya, seperti sekam. Selain memproduksi beras, setiap tahun Indonesia juga menghasilkan lebih dari 10 juta ton sekam padi sebagai hasil samping/limbah penggilingan padi yang belum banyak dimanfaatkan.
Hasil Riset BB Pascapanen menunjukkan sekam padi ternyata mengandung silika yang tinggi yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan industri yang selama ini banyak dipenuhi dari impor. Prayudi menambahkan silika dari sekam (biosilika) dalam bentuk cair dapat diberikan kembali ke tanaman padi untuk mengoptimalkan hasil panen padi petani.
Disamping itu, hasil kolaborasi riset BB Pascapanen dan PT TLU menunjukkan biosilika dari sekam padi memiliki sejumlah keunggulan untuk digunakan sebagai bahan pengisi pada barang jadi karet, seperti biosneakers, dibandingkan silika asal bahan tambang yang banyak diimpor.
David Ilot sebagai pemilik PT TLU jeli melihat tren fashion saat ini dan kemudian memproduksi biosneakers dengan nama Node (No Deforestation), walaupun masih dalam jumlah terbatas. Berkat kolaborasi riset yang intensif bersama BB Pascapanen sejak tahun 2017, saat ini PT TLU sudah mampu memproduksi biosneakers dengan kandungan 100 persen berbahan ramah lingkungan yang dapat terurai secara alami dalam waktu 8 tahun. David menuturkan PT TLU juga telah memproduksi dan mengekspor komponen biosneakers ke New Zealand.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan biosneakers Node merupakan salah satu lompatan inovasi yang sarat manfaat. “Di balik sepatu itu terdapat pemanfaatan limbah, peningkatan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian, substitusi impor, serta pelestarian lingkungan”, tuturnya.
Pada acara WPB tersebut, Sandiaga juga menjadikan biosneakers Node sebagai produk ekonomi kreatif yang menerima program stimulus Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.