Balitbangtan dan Ditjen PKH Bersinergi Manfaatkan Bioteknologi

Technology-Indonesia.com – Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah kepemimpinan Dr. Andi Amran Sulaiman terus meningkatkan kinerja baik swasembada pangan, ekspor, program biodiesel kesejahteraan melalui berbagai kebijakan terutama pemanfaatan teknologi digital dalam era industri 4.0. Adopsi teknologi digital sangat penting karena memiliki daya ungkit dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi dan rantai nilai pertanian.

Untuk itu, pada Sabtu (29/6/2019) Menteri Pertanian menggelar Soft Launching Membangun Pertanian 4.0 di Sidoarjo, Jawa Timur. Pertemuan Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dengan Kepala Pusat Veteriner dan Farma (Ka. Pusvetma) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) di acara tersebut sangat penting karena berlanjut dengan penjajagan kerjasama sinergi antar kedua institusi Kementan tersebut.

Pusvetma merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Ditjen PKH yang telah berstatus Badan Layanan Umum (BLU) dengan tugas memproduksi, pengujian, distribusi dan pemasaran serta pengembangan vaksin, antigen dan antisera, serta bahan biologik lain. Terkait tugas dan fungsinya tersebut, Kepala Pusvetma sangat tertarik dengan salah produk teknologi digital sektor peternakan yang sedang dikembangkan BB Biogen, yaitu tes kit kebuntingan pada sapi.

Beberapa produk teknologi digital bioteknologi tanaman dan ternak telah dikembangkan baik berupa varietas unggul, metode dan kit deteksi berbasis DNA, dan biosprospeksi. Kepala Pusvetma, Agung Suganda tertarik pada kit deteksi yang dikembangkan BB Biogen. Sebagai tindaklanjutnya Ka Pusvetma mendiskusikan teknologi tersebut dengan Tri Puji Priyatno, peneliti yang berhasil mengembangkan test kit kebuntingan pada sapi.

Tri menjelaskan, test kebuntingan sapi berbasis antibodi terhadap protein ISG17 yang saat ini dalam tahap validasi. Tingkat akurasi kit masih berkisar antara 75-83,5% berdasarkan pengujian terhadap 135 sample urin sapi. Keunggulan kit ini mampu mendeteksi umur kebuntingan kurang dari 1 bulan dan penggunaan urin sapi sebagai sampelnya. Selain itu, antibodi yang digunakan dikembangkan dari protein rekombinan ISG17 sehingga produksi masal kit dapat dilakukan dengan lebih efisien.

“Dalam penggunaannya, kit cukup direaksikan dengan 0,5 ml urin untuk mendeteksi status kebuntingan sapi dalam waktu 30-45 menit. Kit masih terus disempurnakan untuk meningkatkan akurasinya lebih dari 90%,” tutur Tri Puji.

Ka Pusvetma sangat tertarik dengan hasil riset kit kebuntingan tersebut. Menurutnya, kit kebuntingan pada sapi ini perlu untuk bersama-sama dikembangkan agar segera dapat digunakan oleh peternak dan pengguna lainnya.

Penggunaan test kit kebuntingan sapi, lanjutnya, sangat penting untuk mendukung program Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) yang dicanangkan Menteri Pertanian dalam upaya melakukan percepatan swasembada daging nasional 2026. Program SIWAB dilaksanakan melalui optimalisasi betina produktif dengan program inseminasi buatan (IB).

Selama ini, deteksi kebuntingan sapi masih dilakukan secara konvensional dengan palpasi rektal atau PKB pada usia kebuntingan minimal 2 bulan agar tidak menyebabkan keguguran. Jika tidak terjadi kebuntingan, sapi akan IB kembali pada masa birahinya, artinya akan ada waktu terbuang minum 2-3 tiga bulan bila IB-nya gagal.

“Karena itu, dengan adanya tes kit yang mampu mendeteksi status kebuntingan sapi kurang dari satu bulan akan sangat membantu dalam optimalisasi betina produktif untuk di IB,” tuturnya.

Agung sangat mendorong hasil riset BB Biogen untuk segera digunakan oleh peternak. Apalagi dengan adanya aturan bahwa petugas PKB harus disertifikasi maka dukungan teknologi kit deteksi kebuntingan yang simple, mudah digunakan, memililki akurasi tinggi, dan harganya terjangkau, sangat dibutuhkan di peternak di lapang.

Untuk mempercepat pengembangan test kit kebuntingan ini, Pusvetma memiliki fasilitas untuk produksi antibodi, packaging kit, dan manajemen pemasarannya. BB Biogen tinggal melakukan penyiapan antigen rekombinan ISG17, purifikasi antibody, dan preparasi reagen-reagen kitnya.

Agung pun berharap ada prospek kerjasama yang perlu segera ditindaklanjuti dengan nota kesepahaman yang saling menguntungkan.

Keberhasilan BB Biogen dalam mengembangkan protein rekombinan juga menarik minat Ka Pusvetma untuk bersama-sama mengembangkan vaksin virus penyakit Jembrana rekombinan. Vaksin virus penyakit Jembrana dikembangkan dari protein kapsid virus tersebut yang disandikan oleh gen berukuran sekitar 2300 bp.

Gen penyandi kapsid akan dikonstruk dalam plasmid vektor untuk diekspresikan dalam sistem ekspresi Eschercia coli. Dengan pengembangan kapsid rekombinan ini, vaksin virus penyaki Jembrana akan mudah diproduksi massal. Hasni Zulfikar/Tri Puji Priyatno

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author