Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pemerintah Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi turut memanfaatkan varietas unggul baru (VUB) padi Inpari 40 rakitan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Langkah ini dilakukan sebagai upaya pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan lahan yang kerap dialami petani saat memasuki musim kemarau.
Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Batanghari, Isnen, karakter lahan di daerahnya adalah rawa dangkal dan tengahan, sehingga saat musim panas akan kekeringan dan pada musim hujan akan kebanjiran.
“Dari yang kami pelajari, Inpari 40 ini dapat digunakan pada karakter lahan tersebut”, ujar Isnen usai menerima 25 kg benih dasar (FS) Inpari 40 di Kantor Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Bogor, Kamis (26/9/2019).
Lebih lanjut Isnen menjelaskan, ketertarikannya terhadap Inpari 40 tak lepas dari potensi hasil yang mencapai 9,6 ton per hektar. Selama ini petani di sana menggunakan varietas lain yang produktivitasnya hanya sekitar 7 ton per hektar.
“Ini akan kita kembangkan di penangkar dulu, nanti kalau secara teknis telah sesuai, akan kita kembangkan lebih lanjut. Saat ini musim kemarau ya, lahan sudah siap. Bahkan olah tanah pertama sudah dilakukan. Potensi lahan yang ada sekitar 9.000 hektar,” tambahnya.
Sebelumnya, Pemkab Batanghari sempat mengunjungi stand Balitbangtan dalam acara Agro Food Expo 2019 di Jakarta pada akhir Juli 2019. Dari kunjungan tersebut, pihaknya menggali beberapa produk hasil penelitian Balitbangtan untuk dikembangkan, salah satunya adalah Inpari 40.
Dari pengembangan VUB ini, Pemkab Batanghari berharap produksi padi di daerahnya meningkat karena selama ini jumlah produksi masih minus sekitar 6.000 ton per tahunnya.
“Kami dari pemerintah daerah terus berupaya untuk meningkatkan produksi, seiring dengan keinginan pemerintah pusat untuk meningkatkan ketahanan pangan”, tutup Isnen.
Inpari 40 sendiri merupakan VUB yang dilepas pada 2015 lalu. Kelebihan varietas ini adalah memiliki potensi hasil 9,6 ton/hektar, rata-rata hasil 5,7 ton/hektar, tahan terhadap hama wereng batang cokelat (WBC), tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) dan Blas, tahan terhadap cekaman abiotik dan baik ditanam di lahan sawah tadah hujan.
Berdasarkan pengembangan di sejumlah daerah seperti Cirebon dan NTB, para petani cukup puas dengan varietas ini. (Andika Bakti)