BRIN dan Pemkab Malang Bakal Sulap Lahan Kritis di Gunung Gede Jadi Lahan Produktif Agroforestry

TechnologyIndonesia.id – Tim peneliti Pusat Riset Ekologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang akan mengubah lahan bekas tambang di Gunung Gede, Desa Sumberejo, Kecamatan Gedangan menjadi lahan produktif berbasis agroforestry.

Kedua belah pihak telah melakukan penandatangan Kerangka Acuan Kerja (KAK) program pemulihan lahan bekas tambang, berlangsung di Kantor DLH Kabupaten Malang, Rabu (8/10/2025). Hal ini menjadi tonggak awal kolaborasi riset dan inovasi untuk mengembalikan fungsi ekologis kawasan karst yang kritis.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepakatan Bersama antara BRIN dan Pemkab Malang dalam bidang penelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan, serta inovasi di wilayah Malang Raya.

Kepala Pusat Riset Ekologi BRIN Asep Hidayat menjelaskan penelitian model rehabilitasi di lahan bekas tambang sesuai dengan tupoksi PR Ekologi dan siap menyediakan tenaga ahli periset untuk riset yang sedang dan akan dilakukan.

Periset PR Ekologi Sugeng Budiharta menjelaskan bahwa 32 persen wilayah selatan Kabupaten Malang tergolong lahan kritis, terutama di kawasan karst akibat penambangan batu kapur rakyat.

“Kondisi ini melahirkan lahan akses terbuka (LAT) yang tidak produktif dan mengancam keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan masyarakat,” jelas Sugeng dikutip dari laman brin.go.id pada Sabtu (11/10/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Periset PR Ekologi Titut Yulistyarini menjelaskan program SIMPLE BANG+++ (Sistem Pemulihan Lahan Bekas Tambang dengan Integrasi Ekologi, Teknologi, dan Ekonomi) yang diinisiasi sebagai langkah komprehensif untuk mengubah lahan kritis menjadi lahan produktif berbasis agroforestry.

Kegiatan rehabilitasi di Gunung Gede telah dimulai sejak tahun 2024 di area seluas 2,5 hektare. Tim Dinas Lingkungan Hidup dan Kelompok Masyarakat Desa Sumberejo menanam lima jenis bibit buah-buahan, yaitu kelengkeng, nangka dak, jambu air, mangga, dan kelapa genjah, dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai lebih dari 80 persen.

“Hasil total penutupan tajuk tanaman mencapai 1.341 meter persegi atau sekitar 5,5 persen dari total area, disertai peningkatan biodiversitas mencapai 54 spesies dari 26 famili,” jelas Titut.

Selain menilai pertumbuhan tanaman, tim juga melakukan analisis karakter ekofisiologi untuk mengetahui kemampuan adaptasi jenis yang ditanam terhadap kondisi lahan karst yang kering dan miskin hara.

Struktur vegetasi yang terbentuk juga mulai menunjukkan stratifikasi alami, dengan semak dan anakan pohon lokal yang tumbuh kembali di sekitar area rehabilitasi. “Temuan ini menunjukkan bahwa upaya rehabilitasi mulai berhasil membangun ekosistem baru yang lebih stabil dan berpotensi meningkatkan cadangan karbon,” jelasnya.

Berdasarkan pengamatan anatomi daun, periset Pusat Riset Sistem Biota BRIN Fauziah menambahkan bahwa mangga, kelengkeng, nangka, dan jambu mete memiliki jaringan palisade dan kutikula tebal yang menunjukkan adaptasi tinggi terhadap kondisi kering.

Dari hasil penelitian ini, ia menyarankan untuk memperkaya jenis tumbuhan di kawasan rehabilitasi dengan menanam tanaman cepat tumbuh yang memiliki daun tipis dan mudah terdekomposisi sehingga dapat menjadi sumber hara tambahan ke dalam tanah. Jenis-jenis tersebut di antaranya pohon Salam (Syzygium polyanthum) dan Gamal (Gliricidia sepium).

Sementara itu, periset PR Ekologi Setyawan Agung Danarto memaparkan hasil survei sosial yang menunjukkan tingginya partisipasi masyarakat di kawasan tersebut. Sebanyak 80 persen responden memahami pentingnya rehabilitasi dan 67 persen terlibat aktif dalam kegiatan di lapangan.

Masyarakat berharap Gunung Gede dapat berkembang menjadi kawasan wisata alam sekaligus penahan bencana.

Plt. Kepala DLH Kabupaten Malang, Ahmad Dzulfikar Nurrahman berharap agar kolaborasi ini dapat menghasilkan model ekosistem berkelanjutan yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat. Ia menekankan pentingnya riset lanjutan untuk menilai dampak rehabilitasi terhadap kualitas tanah dan air, serta perlunya penyusunan database lahan bekas tambang sebagai dasar perencanaan.

“Kami berharap lokasi rehabilitasi ini nantinya menjadi contoh kawasan yang tidak hanya pulih secara ekologis, tetapi juga memberikan dampak ekonomi melalui pengembangan wisata dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. (Sumber: brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author