Refleksi Dua Tahun Perhimpunan Periset Indonesia

TechnologyIndonesia.id – Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) merupakan mitra Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam melakukan pembinaan periset. Perannya sangat penting dalam membantu meningkatkan kapasitas dan kompetensi para periset yang mengampu sebelas jabatan fungsional yang dibina BRIN.

Hal itu disampaikan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko saat pembukaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-2 PPI di Kawasan Sains Sarwono Prawirohardjo, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (21/12). Kegiatan tersebut mengusung tema memantapkan peran PPI menuju organisasi profesi yang tumbuh, sehat, dan terpercaya.

Handoko berharap PPI ke depan terus maju, semakin menjadi himpunan profesi yang dapat dijadikan sebagai benchmark dan role model oleh himpunan profesi yang lainnya di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Umum DPP PPI Syahrir Ika menyampaikan, organisasi yang baru dibentuk dua tahun tersebut sudah berjalan lancar menuju visi yang diemban. Ia lantas menceritakan proses perjalanan PPI. Pada tahun pertama, PPI telah melewati masa transisi dengan bergabungnya periset dari berbagai kementerian dan lembaga ke dalam BRIN.

”PPI pada tahun pertama menjadi tahun konsolidasi organisasi. Pada fase ini, PPI merancang dan menerbitkan sejumlah peraturan organisasi, membangun sistem database keanggotaan dan keuangan, serta melakukan sosialisasi ke anggota untuk memberi pemahaman kepada periset anggota PPI,” urainya.

Pada tahun itu juga, lanjutnya, dibentuk dan dikukuhkan pengurus PPI di beberapa wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Pada tahun kedua, PPI memasuki tahap pertumbuhan awal (early growth). Pada fase ini, PPI memantapkan diri sebagai organisasi profesi yang memiliki tata kelola organisasi yang baik.

Tugas PPI saat ini menurut pandangannya sangat berat. Di mana dengan jumlah anggota sebanyak 2080, ibaratnya, diharapkan bisa membalikkan angkanya menjadi 8020 anggota.

Dirinya dan pengurus menjawab tantangan rasio tersebut dengan bisa melakukannya sebagaimana arahan Kepala BRIN untuk dilakukan dan diperjuangkan. Padahal, prinsip PNS sendiri saja, cukup dengan 20% dari total prinsip yang ada di Indonesia.

“PNS periset jangan berharap anggaran riset bisa mencapai sebesar mungkin. Supaya berhasil, maka berharaplah bisa memanfaatkan sebesar hasil risetnya,” imbuh Syahrir. Ia juga menerangkan tugas lainnya juga memotivasi dan memfasilitasi periset-periset swasta.

Dalam kesempatan ini, Syahrir menguraikan bahwa jumlah periset yang menjadi anggota PPI saat ini ada 8.810 orang. Sebelumnya di tahun 2021 sebanyak 6000-an dan tahun 2022 naik menjadi sejumlah 7000-an.

Naiknya jumlah anggota PPI baginya sangat membanggakan. Ia merefleksikan pada tema peringatan HUT PPI kali ini, yaitu tumbuh artinya jumlah wilayah berkembang dan jumlah anggota bertambah.

Ia berharap, dengan semakin besar jumlah periset, maka semakin banyak kontribusinya untuk negara. Bila dibandingkan dengan negara lain, jumlah periset Indonesia masih dibawahnya. Karena itu, ia memandang perlu mengembangkan menjadi lebih besar lagi.

Syahrir juga menjelaskan beberapa program strategis yang telah dilakukan, seperti President Lecture’s Candidate, menyusun naskah akademik penguatan IPTEKIN, naskah akademik refleksi BRIN, juga policy paper tentang blue economy.

Pada akhir acara peringatan HUT PPI diberikan penghargaan PPI Young Reseacher Award dengan tiga kategori terbaik pada periset dosen, perekayasa, dan peneliti. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author