Serang, Technology-Indonesia.com – Perekonomian Banten, sebagai salah satu daerah penyangga DKI Jakarta, dalam tiga tahun terakhir menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Pada 2016, perekonomian Banten tumbuh 5,28%, kemudian meningkat menjadi 5.71% di 2017. Hingga semester I tahun 2018 ini, ekonomi Banten tumbuh 5,75%. Angka ini jauh di atas rata-rata angka pertumbuhan ekonomi nasional yang pada 2017 sebesar 5,07 dan pada Semester I 2018 sebesar 5,17%.
“Banyak program kerja dan kebijakan di Banten yang membuat perekonomian di Banten tumbuh dengan sangat bagus. Di samping itu, adanya investor-investor yang datang ke Banten membuat infrastruktur menjadi andalan seperti pelabuhan, bandara, jalan tol, dan lain-lain membuat perekonomian di Banten semakin tinggi,” tutur Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo Rosarita Niken pada diskusí media bertajuk “Membangun Indonesía dengan Tenaga Kerja Berkualitas” di Gedung Pendopo Gubernur Banten, Kota Serang, Banten pada Kamis (6/12/2018).
Diskusi media yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) ini menghadirkan pembicara yaitu Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan, Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Dewi Chomistriana, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad, dan Gubernur Banten Wahidin Halim.
“Forum Merdeka Barat 9 bertujuan menyampaikan program kerja dari pemerintah agar masyarakat mengetahui apa yang sudah, sedang, dan akan dilakukan oleh pemerintah. Banten terpilih sebagai tempat diskusi karena merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi bahkan di atas rata-rata nasional,” terang Niken.
Pertumbuhan ekonomi Banten juga tidak lepas dari pertumbuhan di lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha perdagangan besar-eceran, serta reparasi mobil-motor dengan kontribusi masing-masing sebesar 31,66% dan 12,59%.
Tidak kalah menarik adalah adanya berbagai fasilitas infrastruktur strategis seperti pelabuhan Merak dan Cigading, Bandara Soekarno-Hatta dan Jalan Tol Jakarta-Merak. Provinsi Banten juga memiliki akses yang sangat mudah menuju Pelabuhan Tanjung Priok.
Dengan jumlah penduduk sebesar 12,45 juta orang (Agustus 2018), Banten merupakan salah satu daerah utama tujuan investasi di Indonesia. Tahun 2017, realisasi nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) Banten berada pada urutan kelima di Indonesia, dengan nilai Rp5,1 triliun. Sedangkan realisasi penanaman modal asing (PMA) ada diurutan ketiga dengan nilai mencapai 3,0 miliar US$.
Merskipun pertumbuhan perekonomian Banten cukup tinggi bahkan di atas rata-rata nasional, namun tingkat penggangguran di Banten masih terbilang tinggi. Menurut Gubernur Banten Wahidin Halim, tingginya tingkat pengangguran antara lain karena 135 ribu lulusan SMK jadi pengangguran. Penyebabnya ada beberapa jurusan atau prodi sudah stagnan. Tenaga pengajarnya tak memiliki kompetensi yang memadai dan pelajarnya kurang praktik.
Selain itu, terjadi pergeseran pekerjaan di Provinsi Banten karena para petani sudah banyak kehilangan lahan. Sementara lahan pekerjaan di pabrik cukup menggiurkan terutama pada kaum muda sehingga mereka lebih baik bekerja di pabrik yang memiliki penghasilan lebih jelas setiap bulannya.
Lebih lanjut Wahidin mengatakan, faktor lain yang menyebabkan tingginya pengangguran adalah relokasi industri padat karya dengan pertimbangan mencari lokasi dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) lebih rendah di luar Provinsi Banten. Selain itu, dampak Revolusi Industri 4.0 menyebabkan beberapa industri mengurangi lini produksi seperti garmen menggantikan lini produksinya dengan teknologi/ alat mesin.
Adanya pola produksi mengikuti periodisasi demand yang fluktuatif, menyebabkan industri mengurangi jumlah tenaga kerja (dirumahkan) saat permintaan produk rendah. Siklus kelulusan setiap Bulan Juli khususnya pendidikan menengah sebanyak 137.773 siswa/tahun juga berdampak bertambahnya jumlah pencari kerja dan masa menunggu untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Untuk mengurangi pengangguran yang tinggi, Wahidin melakukan berbagai solusi, diantaranya pendekatan Link and Match, Vocation, dan Teaching Factory. Program Link and Match yang dilakukan melalui 3D (Dilatih, Disertifikasi, Ditempatkan) yang dilakukan di lokasi beberapa pabrik. Selain itu, ada Pelatihan pada Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) sebanyak 900 orang per tahun.
Solusi lainnya melalui Program Wirausaha Baru/Start Up/Industri Kreatif yang mencakup 26 angkatan, sebanyak 1.150 calon wirausaha baru pada Disperindag dan Disnakertrans. Serta, pembinaan Start Up Ekonomi Digital sebanyak 90 Industri Kecil Menengah.
“Dengan program-program diatas, maka kami optimistis dapat mengurangi tingkat pengangguran yang tinggi di Provinsi Banten,” tegas Wahidin Halim.