Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hingga pengujung 2019 telah melahirkan berbagai inovasi dan teknologi yang sudah diterapkan di berbagai sektor untuk mendukung kemajuan perekonomian dan mendorong daya saing Indonesia.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan BPPT sebagai lembaga pengkajian dan penerapan teknologi telah menghasilkan inovasi yang memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, baik yang dilakukan secara komersial maupun non komersial. Penguasaan teknologi penting agar berdaya guna dan dapat dipakai untuk menghasilkan inovasi.
“Inovasi inilah yang sesungguhnya akan membawa negara kita menjadi negara maju, mandiri, adil dan makmur. Karena kecenderungan maju adalah negara yang berbasis inovasi. Karena itu iptek tidak hanya untuk kemajuan iptek saja tapi iptek adalah penghela kemajuan bangsa,” tutur Hammam dalam acara Capaian Inovasi dan Layanan Teknologi BPPT 2019 di Jakarta, Rabu (18/12/2019).
Selain pemaparan capaian inovasi dan layanan teknologi BPPT, pada kesempatan tersebut disampaikan rencana program prioritas tahun 2020 untuk masing-masing kedeputian BPPT.
Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material (TIEM) Eniya Listiani Dewi menyampaikan bahwa Kedeputian TIEM pada 2020 akan melaksanakan beberapa program prioritas nasional. Salah satunya garam terintegrasi. Dalam waktu dekat, pihaknya akan komisioning pabrik berkapasitas 40 ribu ton yang akan menjadi solusi garam rakyat.
“Nanti garam rakyat yang kualitasnya NaCl 88% bisa kita serap dan diproses menghasilkan garam yang setara dengan kualitas garam industri. Penyerapan garam rakyat akan memberi solusi karena saat ini garam sangat anjlok. Ini terobosan BPPT yang nanti bisa dikloning di berbagai tempat,” tutur Eniya.
Terkait pengembangan kendaraan bermotor listrik (KBL), BPPT akan meluncurkan fast charging station di luar ibukota yaitu di PT LEN, Bandung. Pada 2020, BPPT menargetkan untuk mengakselerasi PT LEN, salah satu BUMN yang menjadi mitra BPPT untuk membuat komponen charging station dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) mencapai 30%.
Untuk pengembangan teknologi geothermal, BPPT memiliki salah satu proyek percontohan di Kamojang dengan skala 3 MW yang akan segera mendapatkan sertifikat layak operasi. Pada 2020, BPPT akan menghilirisasi teknologi panas bumi tersebut ke tempat lain dengan memberikan engineering design yang bisa dikerjakan oleh berbagai BUMN bidang energi.
Di bidang pangan, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) Soni Solistia Wirawan memamerkan produk andalan yaitu Purula (Peptida Unggul Rumput Laut), abon tabur untuk mencegah anemia. Bekerjasama dengan PT Indofood, BPPT menargetkan untuk menyelesaikan berbagai izin di tahun 2020.
“Produk ini sudah diuji pada 100 orang anak, remaja dan wanita yang diberikan Purula dalam waktu 2 bulan. Dalam kurun waktu tersebut, anemianya bisa turun 54%,” tutur Soni.
Selain Purula, Kedeputian TAB juga mengembangkan Sagoo Mee mie berbahan sagu yang rendah gluten. Saat ini, pabriknya sedang dibangun di Bangka Belitung dan akan dibangun lagi di Papua. Inovasi lainnya berupa Biopet untuk pembenahan lahan gambut tanpa bakar. “Lahan yang tadinya tidak produktif dengan pemberian Biopet bisa ditanami,” lanjutnya.
Soni juga mengungkapkan rencana pendirian pabrik enzim nasional yang belum ada di Indonesia kerjasama dengan industri enzim besar di China dan industri lokal.
Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT) Gatot Dwianto mengatakan akan berkonsentasi pada inkubator teknologi sesuai mimpi Presiden Jokowi melalui Program Nawacita untuk membangun 100 Technopark agar terlahir entrepreneur atau technopreneur.
“Membangun technopark itu yang paling penting inkubatornya, tanpa inkubator yang baik tidak akan lahir perusahaan baru berbasis teknologi atau startup yang bagus,” terangnya.
Balai Inkubator Teknologi (BIT) BPPT telah mendapat klasifikasi A dari Kemenristekdikti. Menurut Gatot, dari dana pemerintah Rp 6-7 miliar yang diterima BIT bisa melahirkan omzet Rp 20 miliar dari lahirnya perusahaan-perusahaan baru.
“Kita bantu anak-anak muda yang punya ide-ide untuk datang ke inkubator, kita ajari bagaimana melahirkan produk baru. Kita siap melahirkan startup-startup baru,” ucap Gatot optimis.
Di sektor transportasi, Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) Wahyu Widodo Pandoe mengatakan pihaknya akan melanjutkan feasibility study kereta api cepat Jakarta-Surabaya yang sudah berlangsung sejak 2018. Nantinya, Jakarta – Surabaya bisa ditempuh kereta dalam waktu 5,5 jam dengan kecepatan maksimum 160 km.
Pihaknya juga akan meneruskan pengembangan pesawat tanpa awak untuk pemetaan maupun pertahanan dan keamanan. Untuk pemetaan, pesawat tanpa awak akan dipasang radar agar bisa melakukan pemetaan yang bisa menembus awan. Pengembangan pesawat ini merupakan hasil konsorsium antara BPPT-PTDI-PT LEN, Lapan, Kementerian Pertahanan maupun TNI AU.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Tri Handoko Seto mewakili Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) mengatakan Kedeputian TPSA akan melaksanakan super program yaitu Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS).
Pada 2019, BPPT telah memasang 4 buoy dan 2 lokasi cable base tsunameter (CBT), kemudian tahun depan akan bertambah lagi di seluruh Indonesia menjadi 8 buoy dan 4 cadangan dan 3 lokasi CBT. “Harapannya semua kejadian tsunami di Indonesia bisa kita deteksi lebih awal, bukan hanya prediksi tapi real tsunami bisa segera kita deteksi,” tuturnya.
Untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), menurut Seto, mulai tahun depan seluruh stakeholder sepakat akan fokus pada pencegahan. Untuk itu, mulai Januari 2020 pihaknya akan mulai dilaksanakan operasi TMC di beberapa tempat khususnya di Riau.
“Kita juga akan menggunakan kecerdasan buatan untuk melakukan prediksi, monitoring, early detection dan lain-lain sehingga semua yang dilakukan lebih presisi dan lebih cepat untuk mengurangi karhutla secara drastis,” ungkapnya.
Untuk mengatasi sampah perkotaan, BPPT telah memiliki pilot project Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang sudah beroperasi di Bantargebang bekerjasama dengan Pemda DKI Jakarta. PLTSa berkapasitas 100 ton/hari siap ditingkatkan menjadi 1000-2000 ton/hari.
“PLTSa rancangan BPPT bisa mengolah sampah secara cepat karena menggunakan teknologi insenerator dan sangat ramah lingkungan,” tutup Seto.