Indonesia pada 2025 diproyeksikan menjadi 10 besar, negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di dunia.
“Hal itu harus di monitor dan diantisipasi bersama. Jika pertumbuhan ekonomi tinggi sementara investasi pendidikan, riset dan teknologi rendah maka kemungkinannya pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh konsumsi dalam negeri yang semakin besar,” kata Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta minggu lalu di Serpong.
Menristek melanjutkan konsumsi dalam negeri tersebut merupakan kegiatan ekonomi yang mengandalkan keunggulan komparatif dan nilai tambahnya rendah.
Di sisi lain jika angka-angka ekspor nasional meningkat dan investasi riset teknologinya rendah maka kemungkinan barang-barang ekspor Indonesia berteknologi rendah.
Menurut Menristek pertumbuhan ekonomi seperi itu tidak akan berkesinambungan. “Sebab kompetisi dan iklim globalisasi akan mendorong persaingan yang semakin ketat. Contohnya, industri kita tertekan dengan serbuan barang-barang impor dari China,”jelasnya.
Menristek juga menegaskan peningkatan nilai tambah produk ekonomi nasional tidak bisa dicapai jika hanya terpaku pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang kecil, parsial dan sektoral.
Karenanya Gusti Muhammad Hatta mengingatkan agar Indonesia jangan terjebak pada Natural Resource trap yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi pada sumberdaya alam dengan keunggulan komparatif. *