Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara

Sebagai brand kecap nomer satu di Indonesia, Bango secara konsisten menjalankan misi sosial untuk melestarikan kuliner Nusantara melalui berbagai aktivitas dan fasilitas. Salah satunya melalui program Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara (EWKN).

Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian PT Unilever Indonesia Tbk dalam memetakan, menginspirasi, dan  mendokumentasikan warisan kuliner nusantara dan mengangkatnya ke mancanegara.

“Kami memiliki misi besar untuk mengedukasi dan melibatkan peran aktif masyarakat Indonesia dalam menggali, mendokumentasikan dan mengintegrasikan kekayaan warisan kuliner dari Barat hingga ke Timur Nusantara,” ujar Nuning Wahyuningsih, Senior Brand Manager Bango PT Unilever Indonesia dalam acara Festival Jajanan Bango (FJB) 2014 di areal Parkir Pintu Senayan, Jakarta (3/5).

Menurut Nuning, misi ini terinspirasi fakta bahwa Indonesia memiliki beragam kuliner otentik. Dari wilayah Barat, Tengah hingga Timur Indonesia, terdapat berbagai kuliner otentik yang merepresentasikan kekayaan hasil alam dan kebudayaan Indonesia. “Dari segi bahan otentik yang dipergunakan hingga ke cara pengolahan dan penyajian juga tak kalah otentik,” tegas Nuning.

Dalam sambutan tertulisnya, Firmansyah Rahim, Direktur Pengembangan Destinasi Wisata dan Ekonomi Kreati,f Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI menyampaikan bahwa Kemenparekraf RI mengemban misi untuk mengangkat citra kuliner tradisional Indonesia ke ranah yang lebih luas. Citra kuliner diharapkan mampu meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata.

Kegiatan EWKN merupakan perjalanan menelusuri kekayaan kuliner di tiga wilayah Indonesia yaitu Indonesia Barat (Sumatra-Kalimantan), Indonesia Tengah (Jawa, Bali dan Madura) dan Indonesia Timur (Sulawesi, NTT, NTB, Maluku, Papua). EWKN berlangsung sejak pertengahan April – Agustus 2014.

Dalam ekspedisi ini, Arie Parikesit, pakar kuliner nusantara sekaligus pemimpin EWKN menemukan bahwa kecap merupakan salah satu bumbu masak yang dapat menyatukan Nusantara. Kecap tidak hanya ditemui di pulau Jawa dan sekitarnya. Namun juga tersebar dari wilayah Barat dan Timur Nusantara.

“Sebagai contoh, di wilayah Barat kecap banyak digunakan dalam jenis kuliner tumis dan kuah seperti Mie Aceh dan  Pindang Ikan Patin. Sedangkan di wilayah Timur banyak ragam kuliner daging dan ikan yang menggunakan kecap seperti ikan Bakar Parape, Sop Konro dan Coto Makassar,” ujar Arie.

Ekspedisi ini menjadi semakin menarik karena seluruh masyarakat dapat terlibat dengan menjadi bagian dari komunitas digital Bango, baik itu melaui situs resmi www.bango.co.id, jejaring sosial maupun mobile application Wisata Kuliner. Melalui mobile application ini, pecinta kuliner tidak hanya dapat mengikuti rekam jejak tim ekspedisi, tetapi juga terlibat aktif dengan menuliskan review atas jajanan yang mereka santap. Para penjaja makanan juga berkesempatan mempromosikan jajanannya kepada jutaan pengguna aplikasi ini.

Data yang terkumpul dari ekspedisi Bango akan diolah menjadi dokumentasi lengkap dalam buku “Bango Jelajah Warisan Kuliner dari Barat ke Timur Nusantara”. “Buku ini diharapkan menjadi salah satu referensi utama masyarakat Indonesia dalam memetakan, memahami dan mengapresiasi ragam kekayaan warisan kuliner Nusantara,” tegas Nuning. Albarsah

 

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author