BPPT Akan Teruskan Semangat Habibie,  Membangun Indonesia Maju

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memimpin upacara prosesi pemakaman BJ Habibie. Presiden Jokowi yang bertindak sebagai inspektur dalam upacara di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Kamis (12/10/2019) menegaskan kepada seluruh peserta upacara, bahwa sosok Habibie memiliki semangat yang tinggi untuk membangun bangsa.

“Dari sejak muda, Habibie sudah visioner. Dia tidak hanya berpikir satu atau dua tahun kedepan. Beliau memiliki semangat membawa Indonesia untuk sejajar dengan negara maju,” papar Presiden.

Jokowi juga mendoakan agar Habibie dapat diterima di sisi-Nya. Setelah itu, jenazah Habibie diantarkan ke tempat peristirahatan terakhir.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, yang turut hadir dalam prosesi pemakaman menuturkan rasa duka yang mendalam, menerpa seluruh warga BPPT. Meski begitu Hammam meyakini, semangat dan cita besar Prof. Habibie, melekat di hati seluruh insan BPPT. Menurutnya, Ruh BPPT itu adalah Habibie, yang mencita-citakan Indonesia menjadi negara maju melalui industrialisasi, melalui transformasi industri.

Karena itu Habibie diberi kepercayaan untuk membangun ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di Indonesia sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi / Kepala BPPT. “Dengan mengemban tugas tersebut, berarti Habibie lah yang menjadi ruh BPPT. Ruh atau spirit inilah yang akan selalu dibawa oleh generasi penerusnya. Membangun Indonesia melalui penguasaan dan pendayagunaan Iptek,” terang Hammam.

Dirinya juga masih mengingat apa yang dilakukan Prof. Habibie, saat pertama kali membangun BPPT. Fokus pembangunan diarahkan dalam pembangunan manusia (SDM), bukan pada sarana dan prasarana.

“Siapa yang akan melaksanakan transformasi industri? Jawabannya adalah SDM-nya. Maka Habibie mencari jutaan puta-putri terbaik bangsa di seluruh Indonesia untuk ikut bersamanya dalam menggapai cita-citanya tersebut,” jelas Kepala BPPT.

Lebih lanjut Hammam mengutarakan Prof. Habibie mengambil lulusan terbaik dari SMA dan perguruan tinggi untuk ditingkatkan kompetensinya hingga jenjang Doktor. Tidak tanggung-tanggung semuanya disekolahkan di luar negeri, karena Habibie menginginkan SDM Indonesia tidak kalah bersaing dengan asing.

“Sekarang kita bisa lihat, mayoritas pembangunan di Indonesia ini merupakan hasil karya dari putra-putri terbaik Indonesia yang merupakan binaan Habibie dalam memajukan SDM, termasuk saya. Jadi saya juga merasa sangat kehilangan ketika pertama kali mendengar kabar ini,” ujar Kepala BPPT.

Hammam  juga menegaskan legacy Habibie, yakni melahirkan sembilan wahana transformasi industri di Indonesia, yang paling utama adalah, produksi pesawat terbang. “Karena Habibie adalah insinyur penerbangan dan melihat Indonesia sebagai negara kepulauan, jadi yang dikejar adalah menghasilkan pesawat terbang asli produk Indonesia, dibuat oleh orang Indonesia, diproduksi di Indonesia, dan digunakan di Indonesia,” urainya.

Dilanjutkan Hammam, cara kerja Prof. Habibie yakni dengan filosofi Berawal di Akhir, dan Berakhir di Awal. Artinya dengan produk yang telah ada, lalu dilakukan reverse engineering, dan cari lisensinya. Maka kerjasama pertama Indonesia dalam membuat pesawat adalah dengan CASA, industri manufaktur pesawat asal Spanyol.

“Dari kerjasama tersebut, kita bisa menghasilkan dua model pesawat yakni, CN 212, CN 235, dan sekarang CN 295. Yang membanggakan dari kerjasama ini, kita sudah mampu membuat N 250, dimana huruf C nya sudah hilang. Ini berarti semuanya sudah produksi dalam negeri, hasil dari reverse engineering. Semua itu upaya agar kita bisa mengejar ketertinggalan teknologi,” ungkapnya.

Kepala BPPT menganggap apa yang dilakukan oleh Prof. Habibie itu merupakan hal yang wajar dilakukan, apalagi produk yang sudah ada itu teknologinya sudah proven dan digunakan oleh banyak negara.

Hammam mencontohkan bagaimana Tiongkok bisa sampai memproduksi kereta cepat, seperti yang akan digunakan di koridor Jakarta – Bandung. Pertama kali yang mereka lakukan adalah membeli kereta cepat dari Jerman, mereka oprek (reverse engineering -red) sendiri, hingga akhirnya bisa mandiri dalam produksi, walau masih ada beberapa komponen yang impor dari Jerman.

“Tiongkok sendiri telah mampu membuktikan dampak positif dari reverse engineering. Mereka secara bertahap mampu mengejar ketertinggalan teknologi dalam produksi kereta cepat,” tegasnya.

Hammam menilai legacy dari Prof. Habibie itu tidak bisa dipadamkan, karena berupa  keberhasilan. Legacy itu adalah Prof. Habibie sebagai pahlawan teknologi di Indonesia.

“Jadi BPPT itu akan terus membawa legacy dari Eyang Habibie, legacy semangat Presiden RI ke-3. BPPT akan terus melahirkan inovasi dan layanan teknologi terbaik untuk Indonesia Maju. Selalu ada, forever and ever membawa spirit Habibie membangun Indonesia melalui pemanfaatan Iptek dan inovasi,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author