Pemerintah Indonesia Kirim Bantuan Kemanusiaan RI untuk Libya

Technology-Indonesia.com – Lebih dari 4.200 jiwa bukan angka yang sedikit dalam hasil penghitungan kaji cepat sementara jumlah korban meninggal dunia dalam peristiwa jebolnya dua bendungan di Derna, Libya.

Otoritas setempat memperkirakan angka tersebut masih sangat berpotensi merangkak naik, sebab masih ada ribuan warga yang hilang. Banjir dahsyat itu juga menyapu permukiman hingga mengakibatkan 43 ribu lebih jiwa kehilangan tempat tinggalnya.

Peristiwa yang disebut-sebut mirip tsunami itu terjadi Minggu (10/9/2023) saat matahari mulai pergi ke peraduannya. Menurut otoritas setempat, Badai Daniel dikatakan sebagai biang kerok yang memicu terjadinya bencana dahsyat itu. Sebelumya, badai dengan kecepatan angin 70-80 kilometer per jam disertai hujan dengan intensitas 150-240 milimeter itu juga menghantam Pantai Mediterania.

Tim pencarian dan pertolongan korban harus bekerja non-stop untuk mengevakuasi para korban termasuk penyelamatan. Bahkan dalam sehari tim SAR mampu menemukan sebanyak 245 korban meninggal dunia.

Pihak berwenang Libya kemudian mendeklarasikan status darurat ekstrem, menghentikan aktivitas masyarakat seperti sekolah, perdagangan dan memberlakukan jam malam demi alasan keamanan.

Sebagai upaya percepatan penanganan darurat, pihak Libya membuka kran bantuan dari berbagai pihak termasuk internasional. Secara diplomasi, Libya juga mengetuk pintu Pemerintah Indonesia melalui Nota Diplomatik KBRI Libya di Tripoli bernomor B-00266/Tripoli/230913 dan menaruh harap untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan guna meringankan beban yang sedang dialami masyarakat di sana.

Atas dasar itu, Pemerintah Indonesia memutuskan memberikan dukungan secara langsung. Keputusan itu diwujudkan atas arahan Presiden Joko Widodo, yang kemudian dibahas dalam Rapat Tingkat Menteri (RTM) di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (22/9/2023).

Dari hasil rapat itu, Pemerintah Indonesia di bawah komando Kemenko PMK dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membentuk tim bersama Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Kementerian Kesehatan (Kemkes) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk mengirimkan dukungan kemanusiaan berupa logistik dan peralatan.

Ihwal pemberian dukungan penanganan bencana kepada internasional sudah menjadi budaya Indonesia yang selalu berpegang teguh untuk selalu Among the first to help our brother countries. Selain Libya, Pemerintah Indonesia sebelumnya juga membantu negara-negara sahabat yang dihantam bencana seperti Turki, Suriah, Pakistan, Myanmar dan Vanuatu.

Pelepasan 46 Ton Bantuan RI untuk Libya

Pada hari Senin dini hari (2/10/2023) misi pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Libya dilakukan setelah sempat tertunda dari rencana awal, yakni Kamis (27/9/2023).

Dari terminal kargo Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang diwakili oleh Plt. Deputi Bidang 2 Kemenko PMK, Sorni Paskah Daeli bersama Sekretaris Utama BNPB, Rustian yang mewakili Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M., melepas bantuan itu.

Bantuan dengan total 46 ton senilai 13,9 miliar tersebut diberangkatkan bersama rombongan yang terdiri dari Sekretaris Utama BNPB, Rustian, Anggota DPR RI Obon Tabroni termasuk delegasi lain dari Kemlu, Kemkes dan BPKP.

“Pemerintah Indonesia akan mengirimkan 27 jenis bantuan logistik dengan berat lebih dari 46 ton senilai lebih dari 13,9 miliar,” ungkap Sorni Paskah Daeli.

“Pemerintah Indonesia juga mengirim tim delegasi. Saya berharap tim ini dapat melaksanakan tugas dengan baik dan lancar di Libya serta kembali ke Tanah Air dengan selamat,” tambahnya.

Belajar dari Libya

Berkaca dari tragedi jebolnya bendungan raksasa Libya, hal itu dapat dijadikan ‘alarm’ bagi Indonesia yang juga memiliki bendungan, waduk, dam dan juga embung di hampir seluruh provinsi.

Merujuk data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) per Mei 2023, jumlah bendungan di Indonesia ada sebanyak 235 unit. Bendungan paling banyak terdapat di Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Bendungan itu selain dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTU) juga berguna untuk mengairi sawah, air bersih, perikanan darat maupun obyek wisata.

Dengan banyaknya keberadaan bendungan di Tanah Air maka seluruh pihak harus dapat menjaga agar manfaatnya dapat terus dirasakan masyarakat, terlepas pembangunan termasuk konstruksinya dipastikan telah dilaksanakan dan diperhitungkan secara matang oleh pihak-pihak dengan sangat profesional.

Guna menjaga bendungan agar tetap dapat bermanfaat dan mengurangi risiko bencana, butuh sinergitas antara instansi terkait dan masyarakat dalam melakukan pemeliharaan.

Sinergi itu dapat dilakukan dengan cara terus menggalakkan reboisasi, tidak melakukan praktik deforestasi, tidak mendirikan bangunan di sepanjang bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS), dan tidak membuang sampah di sungai.

Tindakan lainnya yaitu lebih bijak dalam menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari, tidak mencemari lingkungan sungai, melakukan monitoring tanggul maupun sungai, bergotong-royong membersihkan sungai dan memantau secara berkala prakiraan cuaca dari instansi terkait.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author