BJ Habibie dalam Bingkai BPPT

Sekembalinya dari Jerman pada tahun 1978, BJ Habibie langsung diberi kepercayaan memimpin beberapa jabatan penting dalam pemerintahan dan sejumlah lembaga lainnya. Pada 23 Agustus 1978, Habibie dilantik menjadi Menteri Negara Riset Teknologi sekaligus sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Sikap BJ Habibie bisa kita lihat, selalu membawa semangat optimistis, dan konsisten dengan rencananya. Saat menjadi Menristek dengan dukungan kaji terap teknologi BPPT, Habibie membuat banyak kemajuan yang sebagian besar dianggap mendahului jamannya .

Habibie membawa Indonesia kala itu, menuju negara industri berteknologi tinggi. Caranya dengan mendorong lompatan dalam strategi pembangunan, yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. Sejak itu, kegiatan perekayasaan lebih terfokus untuk menghasilkan teknologi yang diterapkan bagi keperluan pembangunan.

Reverse Engineering

Gagasan besar Habibie “Berawal di akhir Beakhir di awal” menunjukkan bagaimana mengejar peradaban teknologi untuk kemandirian bangsa.

Habibie menilai transformasi industri akan memakan waktu terlalu lama kalau semua dimulai dari penelitian dasar. Sebabnya, kemampuan dan kesiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana teknologi yang ada pada saat itu sangat minim.

Bapak Demokrasi ini selalu mengatakan, Indonesia tidak bisa membuat sebuah penemuan ulang (riset dasar) sesuatu teknologi yang sudah lama ditemukan bangsa lain. Karenanya pasti akan selalu tertinggal. Sebab, negara maju sudah lama menemukan dan menggeluti teknologi canggih dan semakin canggih dari waktu ke waktu.

Lompatan ke teknologi termutakhir tersebut diimplementasikan, misalnya, dengan langsung berfokus pada penguasaan teknologi dan industri pesawat terbang (IPTN). Setelah itu, ia berkeyakinan menguasai industri di bawahnya menjadi lebih mudah dan lebih cepat.

Hal tersebut dibuktikan Prof. Habibie dengan melakukan adaptasi teknologi, berupa perakitan dan produksi pesawat C-212. Kemudian mulai menunjukkan penguasaan teknologi dengan pembuatan pesawat CN-235 sebagai kerja bersama Cassa (C) Spanyol dengan Nurtanio (N). Hingga pada akhirnya pengembangan secara mandiri dapat diwujudkan dengan hadirnya pesawat N-250, karya anak bangsa.

Kehadiran N-250, juga berarti keberhasilan untuk membuka lapangan kerja baru. Habibie kala itu menggambarkan keuntungan menguasai high tech, dengan mengibaratkan cukup dengan 17 unit pesawat yang dibuat industri dalam negeri, sudah lebih menguntungkan dibanding hasil produksi sebagai negara agraris sebelumnya.

Secara awam, seperti dikatakan BJ Habibie setiap kali berdiskusi dengan para perekayasa atau peneliti-peneliti muda, “Kalau Anda bisa membuat pesawat terbang, maka Anda pasti bisa membuat mobil, kapal, kereta api dan senjata. Dan negara-negara lain akan segan dengan negara Anda.”

Teknologi untuk Indonesia Maju

Dalam mewujudkan Indonesia sebegai negara modern, Habibie mengatakan Indonesia membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi.

Saat Presiden Soeharto mendukung rencana Habibie agar Indonesia siap lepas landas sebagai negara modern, maka nantinya akan lahir produk-produk buatan nasional berbasis pada penelitian dan teknologi. Maka lahirlah Puspiptek yang berpusat di Serpong pada 1 Oktober 1976.

Untuk menghasilkan produk-produk berbasis iptek ini, membutuhkan konsultan. Umumnya konsultan teknologi pada masa itu berasal dari negara-negara maju. Soeharto saat itu berpikir apabila menyewa konsultan, harganya sangat mahal. Habibie menjawab bahwa konsultannya berasal dari sumber daya manusia Indonesia. Dari situ lahirlah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

SDM terbaik dikirim untuk bersekolah di universitas terbaik di luar negeri dan saat kembali pulang ke Indonesia telah disiapkan berbagai fasilitas pengembangan riset yang sesuai dengan kebutuhan dalam negeri.

BPPT merupakan dapur umumnya teknologi terapan, yang menjadi tempat munculnya embrio industry pesawat terbang, sebelum lahirnya PT Dirgantara Indonesia, dan juga munculnya gagasan di bidang energi yaitu desa surya, yang bertujuan menerangi desa-desa terpencil dengan listrik yang berasal dari tenaga surya.

Habibie percaya bahwa dengan disiapkan SDM Iptek ini akan memberi kekuatan di bidang iptek karena ditopang orang-orang yang mumpuni, professional dan ahli di bidangnya.

Untuk itu, warisan Profesor Habibie sebagai pahlawan teknologi di Indonesia, yang menghadirkan BPPT sebagai aset bangsa dalam melakukan pembangunan berbasis teknologi tidak bisa dipadamkan. Sekarang giliran kita untuk merawat segala yang Habibie wariskan, tentang bangsa yang bertumpu pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Tantangan BPPT tidak hanya menjaga warisan Habibie, namun juga bagaimana mempertahankan SDM iptek yang telah dirintis oleh Habibie senantiasa ada, tidak boleh kosong. Jika ingin negara ini menjadi negara yang modern dan disegani oleh negara lain, maka jawabannya kuasai teknologi dan siapkan sumber daya manusia serta infratrukturnya,” tutup Hammam Riza, Kepala BPPT .

Peresmian Ruang Auditorium BJ Habibie

Auditorium BJ Habibie

Sebagai penghargaan terhadap jasa almarhum BJ Habibie, BPPT meresmikan Ruang Auditorium BJ Habibie. Ruangan yang terletak di Lt 3 Gedung 2 BPPT Jln MH Thamrin tersebut, merupakan ruang pertemuan terbesar yang dimiliki BPPT dan kerap digunakan untuk acara, baik nasional maupun internasional.

You May Also Like

More From Author