Mengenal Lebih Dekat Yumina-Bumina

Judul Buku : Panen Ikan, Sayur, dan Buah dengan Teknik Yumina-Bumina
Penulis : Imam Taufik, Eri Setiadi, dan Sutrisno
Tebal : 84 Halaman
Penerbit : Penebar Swadaya
Cetakan : I, 2015

Anda ingin memelihara ikan dan menanam sayur/buah namun terkendala kesediaan lahan? Teknik budidaya Yumina-Bumina bisa menjadi pilihan karena hemat lahan, hemat air, mudah, murah, dan menguntungkan.

Yumina-Bumina merupakan salah satu pengembangan dari teknologi akuaponik yang berprinsip hemat air dan hemat lahan dengan memadukan budidaya ikan (akuakultur) dan budidaya tanaman tanpa tanah (hidroponik). Teknik budidaya akuaponik ini dikembangkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor, Balitbang Kelautan dan Perikanan sejak 2005.

Istilah Yumina-Bumina berasal dari kata yu= sayuran, bu=buah, dan mina=ikan. Istilah ini merupakan gagasan dari Kepala Balitbang KP yang waktu itu dijabat oleh Achmad Poernomo saat pelaksanaan Hari Pangan Nasional (HPS) 2013 di Padang, Sumatera Barat.

Konsepnya memadukan budidaya ikan dengan tanaman sayuran/buah. Sayuran yang ditanam misalnya kangkung, pakcoy, selada, kailan, dan sebagainya. Untuk tanaman buah bisa dipilih dari jenis tanaman semusim seperti cabai, tomat, terung, dan lainnya. Jenis ikan yang dibudidaya sebaiknya yang bernilai ekonomis tinggi dan pertumbuhannya cepat seperti ikan mas, nila, lele, dan patin.

Dengan sistem budidaya akuaponik ini, ikan dan tanaman bisa menjalin hubungan saling menguntungkan (simbiosis mutualisme). Limbah sisa pakan dan metabolisme ikan yang bersifat racun dimanfaatkan sebagai nutrisi bagi tanaman di media tanam yang diatur mengelilingi kolam. Pendistribusian air kolam ke tanaman bisa diatur dalam beragam sistem.

Sistem yang paling sederhana adalah sistem rakit sebagai pelampung bagi tanaman dan diapungkan dalam kolam ikan. Sistem ini tidak memerlukan pompa air, sehingga cocok untuk lokasi yang belum terjamah jaringan listrik. Sistem ini juga cocok diterapkan di perairan umum seperti waduk atau danau yang tercemar limbah rumah tangga.

Sistem lain adalah sistem aliran atas. Suplai air dilakukan lewat atas melalui pipa PVC yang terhubung dengan pompa air di dalam kolam ikan. Sementara dalam sistem aliran bawah, suplai air bagi tanaman melalui airan bawah langsung melewati media tanam. Sistem terbaru adalah sistem pasang surut yang merupakan penyempurnaan dari sistem aliran bawah dengan pemasangan sifon otomatis untuk mengatur naik turunnya suplai air.

Bagi pembaca yang ingin mencoba sistem budidaya Yumina-Bumina, buku ini dilengkapi tutorial perakitan sistem Yumina-Bumina. Pembaca juga diingatkan hal penting lain yang harus diperhatikan yaitu pemeliharaan dan perawatan, karena sangat berpengaruh pada hasil panen. Bagian akhir buku ini membahas tentang analisis usaha sehingga pembaca bisa mengetahui tingkat keuntungan budidaya Yumina-Bumina.

Budidaya Yumina-Bumina secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan sistem konvensional karena lebih produktif dengan variasi hasil produksi yang lebih beragam. Berdasarkan hasil penelitian, budidaya Yumina-Bumina dengan wadah berisi 300 liter air dalam waktu 2,5 bulan mampu menghasilkan ikan lele sebanyak 56 kg dan sayur kalian 6,5 kg.

Buku ini menarik dan lengkap karena ditulis oleh para peneliti BPPBAT Bogor yang terlibat dalam pengembangan budidaya Yumina-Bumina. Data buku ini didukung hasil wawancara dengan beberapa praktisi, kelompok tani, serta pembudidaya ikan yang berhasil menerapkan budidaya Yumina-Bumina secara swadaya.

Sistem budidaya akuaponik ini ternyata mulai menarik perhatian dunia. Pada bulan November lalu Balitbang KP bekerjasama dengan Food Agricultural Organization (FAO) menyelenggarakan Technical Workshop Advancing Aquaponics yang diikuti peserta dari 15 negara. Workshop bertujuan memberikan pemahaman tentang teknik budidaya Yumina-Bumina. Setelah mengikuti workshop, diharapkan para peserta dapat mengaplikasikan serta menyebarkan teknologi Yumina-Bumina di negaranya.

Kalau negara-negara lain mulai tertarik dengan Yumina-Bumina, mengapa kita tidak mencobanya?

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author