Memahami Cuaca Antariksa

Judul    : Fenomena Cuaca Antariksa
Penulis  : Tim LAPAN (Dyah Rahayu Martiningrum, dkk)
Tebal    : V + 35 halaman
Penerbit : Pusfatsainsa LAPAN
Cetakan : I, November 2009

Perubahan cuaca tidak hanya terjadi di Bumi, tapi juga terjadi di antariksa. Hal ini disebabkan adanya aktivitas Matahari yang  melontarkan milyaran ton pertikel dan plasma berenergi tinggi serta radiasi gelombang elektromagnetik. Lontaran partikel dan radiasi yang mengarah ke Bumi akan mempengaruhi lapisan atmosfer, sistem teknologi, serta aktivitas manusia di antariksa dan Bumi.

Salah satu aktivitas Matahari yang mempengaruhi cuaca antariksa adalah flare dan CME. Flare merupakan ledakan akibat terbukanya salah satu kumparan magnet di Matahari. Selain melepaskan sinar ultraviolet ekstrem, flare juga memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik seperti sinar x yang dapat mengionisasi molekul-molekul atmosfer Bumi. Akibatnya, komposisi kimia dan kerapatan molekul di lapisan atmosfer atas berubah.

Lontaran Massa Korona atau CME (Coronal Ekstrem Ejection) merupakan lontaran partikel seperti plasma, proton, dan elektron berenergi tinggi. Jika mengarah ke Bumi, CME akan berinteraksi dengan magnetosfer. Partikel-partikel ini akan dibelokkan oleh magnetosfer ke kutub-kutub Bumi dan daerah sekitarnya yang selanjutnya akan berinteraksi dengan molekul-molekul atmosfer di sana.

Pengaruh cuaca antariksa yang ekstrem terhadap kelangsungan kehidupan Bumi ini oleh beberapa pihak kemudian dihubungkan dengan ramalan datangnya hari kiamat. Salah satunya adalah isu mengenai kiamat dan kehancuran dunia pada 21 Desember 2012 yang diramalkan oleh suku Maya.  Pada manuskrip peninggalan suku yang dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan ini, disebutkan pada tanggal di atas akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini.

Jika ditinjau dari siklus matahari, tahun 2012 memang merupakan tahun meningkatnya aktivitas Matahari. Namun, benarkah itu semua dapat menyebabkan terjadinya kiamat?

Hingga saat ini belum diketahui apakah di masa lampau pernah terjadi Super Flare yang dapat menelan Bumi yang ukurannya hanya sekitar satu per tiga belas ribu ukuran matahari. Akan tetapi, karena jarak matahari – bumi, relatif jauh yaitu 150 juta kilometer, Super Flare ini tidak terlalu menanggu kehidupan di bumi secara keseluruhan. Selain itu, bumi juga memiliki sistem perlindungan terhadap gangguan dari Matahari dan benda langit lainnya. Namun ada banyak kemungkinan fenomena alam yang dapat terjadi dan manusia belum mampu memprediksinya.

Flare terbesar dalam sejarah pengamatan Matahari modern terjadi pada bulan Oktober hngga November 2003. Peristiwa tersebut diketahui berpengaruh langsung terhadap kondisi ionosfer, magnetosfer, dan beberapa teknologi landas Bumi dan luar angkasa. Namun, peristiwa flare besar ini belum menyebabkan kehancuran planet seperti yang dinyatakan oleh ramalan mengenai tahun 2012.

Terlepas dari isu kiamat 2012, cuaca antariksa ekstrem merupakan fenomena alam yang bisa berdampak pada kehidupan manusia, terutama teknologi seperti terganggunya komunikasi terestial dan satelit, sistem navigasi, satelit, astronot, pembangkit tenaga listrik dan lain-lain. Untuk mengantisipasi puncak aktivitas matahari sekitar tahun 2012-2013 yang berdampak terjadi cuaca antariksa yang ekstrem, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) membangun sistem peringatan dini bahaya cuaca antariksa ekstrem.

Sebagai lembaga yang melakukan penelitian di bidang keantariksaan, LAPAN memang tergugah untuk memberikan gambaran kepada masyarakat tentang fenomena yang akan terjadi pada tahun 2012. Salah satunya melalui buku Fenomena Cuaca Antariksa, yang menjelaskan masing-masing parameter cuaca antariksa seperti matahari dan aktivitasnya, magnestosfer dan perannya, serta ionosfer sebagai pemantul gelombang radio. Dengan tampilan menarik serta dikemas dalam bahasa populer, diharapkan pembaca bisa lebih memahami tentang cuaca antariksa dan pengaruhnya terhadap system teknologi di antariksa dan Bumi. sb

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author