Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis (PRKPK) berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satunya melalui riset genomik untuk menghadapi penyakit era modern.
Untuk itu BRIN dan Kemenkes menggelar menggelar webinar bertajuk “Genomik dan Kesehatan Publik: Strategi Baru Menghadapi Penyakit Era Modern” pada Selasa (29/08/2023). Genome sequencing merupakan metode yang digunakan untuk mengurutkan genom yang berada di organisme, seperti bakteri, virus, dan manusia. Genom adalah materi genetik yang tersusun dari DNA.
Kepala PRKPK BRIN Harimat Hendarwan mengatakan webinar ini merupakan salah satu kontribusi PRKPK untuk turut menyampaikan pemahaman atas riset genomik dan kontribusi BRIN atas ranah tersebut. Tahun 1990 telah dimulai human genome project yang mencoba memetakan seluruh huruf DNA penyusun genom pada manusia.
“Kedokteran presisi merupakan keniscayaan untuk layanan kesehatan masa kini dan masa depan, juga akan memungkinkan setiap pasien mendapatkan pelapisan yang lebih sensitif, diagnosis yang lebih tepat, dan tindakan pengobatan yang lebih efektif. Pengobatan genom presisi merupakan resolusi diagnostik dan perawatan pada penyakit,” ungkapnya.
Kedokteran presisi dan genomika merupakan terobosan teknologi kesehatan yang telah membawa perubahan besar di dalam pengobatan penyakit. Dalam kedokteran presisi, pengobatan didasarkan pada karakteristik individu pasien termasuk genetika, lingkungan, dan gaya hidup, sehingga terapi dapat disesuaikan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Upaya Kemenkes mewujudkan kesehatan masyarakat berbasis genomika melalui Biomedical dan Genome Science Initiative (BGSi) diresmikan oleh Menteri Kesehatan pada Agustus 2022. Program BGSi ini termasuk bagian dari enam pilar transformasi kesehatan yaitu transformasi di bidang teknologi kesehatan.
Harimat menyampaikan, webinar ini mencoba memberikan pemahaman upaya penempatan Indonesia mengikuti perkembangan kedokteran presisi dan teknologi genom melalui inisiasi BGSI, dan kemampuan serta fasilitas yang dimiliki BRIN untuk mendukung riset yang berbasis genomik.
“Semoga dapat menghasilkan pengayaan dalam khasanah ilmu pengetahuan, khususnya bidang genomik, dan mendorong optimalisasi pemanfaatan fasilitas pelaksanaan riset genom yang ada di BRIN, dan kerja sama lintas unit di lingkungan BRIN maupun lintas kementerian/lembaga,” harapnya.
Kepala Organisasi Riset dan Kesehatan BRIN Indi Dharmayanti menyampaikan sesuai tugas dan fungsinya, PRKPK memanfaatkan genomik untuk bidang kesehatan dalam kaitannya dengan pengobatan kedokteran presisi dan diharapkan deteksi diagnosis terutama manusia akan semakin efisien.
BRIN memiliki Laboratorium Genomik yang dapat digunakan riset bidang hayati, kesehatan, lingkungan dan lainnya yang berlokasi di KST Soekarno. Laboratorium ini bukan hanya dapat diakses oleh peneliti BRIN tetapi terbuka bagi semua peneliti Indonesia.
“Kami berharap tukar-menukar informasi ini dapat berguna dan berlanjut dengan kolaborasi dengan Kemenkes. Kemenkes adalah mitra dan hubungan ini sangat penting sebagai pemegang program kesehatan,” katanya.
Layanan Sekuensing
Kepala Pusat Riset Komputasi, Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN, Rifki Sadikin menerangkan Layanan Sains Pusat Sekuensing BRIN. Layanan Sekuensing untuk mendukung riset dan inovasi berbasis data genom keanekaragaman hayati. Pertama, aplikasi pada riset dasar ilmu hayati, seperti identifikasi dan pengungkapan potensi genetik pada mikrobiologi, botani, dan zoologi.
Kedua, aplikasi pada pangan dan pertanian, antara lain utilisasi sumber daya genetik, dan keanekaragaman genetika manusia. Ketiga, aplikasi pada ilmu kesehatan dan farmasi yaitu genetika populasi, penggunaan klinis (kedokteran presisi), survailans penyakit menular dan pengembangan vaksin. Semua aplikasi dapat diakses melalui E-Layanan Sains (ELSA).
“Indonesia menuju transformasi kesehatan dari hulu ke hilir sehingga untuk menyukseskan kesehatan, dan membuka peluang kerja sama antara BRIN dan Kemenkes untuk bersinergi BRIN di hulu dan BGSi di hilir, dengan memanfaatkan data dari BGSI, terutama untuk kanker,” tandas Rifki.
Selain itu, Iskandar A. Adnan dari Direktorat Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset, dan Kawasan Sains dan Teknologi BRIN menguraikan fasilitas penelitian genomik terkait kesehatan.
Aplikasi genomik ini terdiri dari klinis/diagnostik, seperti pemeriksaan kelainan genetik, single nucleotide variant (SNV), indels, struktural variation (SV), deteksi patogen, tes DNA kekerabatan/keturunan dan aplikasi lainnya.
Direktur Kemitraan Laboratorium dan Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Salim Mustofa mengatakan, pihaknya berfokus pada pengembangan kerja sama dengan mitra, untuk pemanfaatan infrastruktur BRIN yang belum dilakukan oleh layanan BRIN sebelumnya.
“Kami melakukan pengembangan model bisnis dalam penggunaan infrastruktur riset dan inovasi, mencari mitra-mitra baru untuk pengelolaan dan pemanfaatan infrastruktur riset dan inovasi. Produk layanan kemitraan berupa dokumen perjanjian kerja sama,” jelasnya.
Sementara itu, Peneliti Ahli Muda PRKPK BRIN Zulvikar Syambani Ulhaq memberikan materi “Zebrafish as Versatile Model for Genetic and Rare Disease“. Rare disease merupakan penyakit yang sulit disembuhkan yang berasal dari kata Jepang, nanbyo, terutama merujuk pada penyakit langka yang sebagian besar diakibatkan oleh penyebab yang tidak dapat teridentifikasi, atau kurangnya pengobatan yang jelas atau dapat disembuhkan.
“Zebrafish digunakan sebagai hewan model pada rare disease, karena siklus hidup zebrafish sangat cepat dalam waktu 6 bulan sudah bertelur dan akan berkembang biak,” pungkasnya.
Kemudian Tim BGSi Kemenkes Indri Roosmiati Supriadi mengatakan, pihaknya berkomitmen melakukan transformasi sistem kesehatan Indonesia pada 6 pilar transformasi penopang sistem kesehatan Indonesia.
Yaitu transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.
“BGSi akan memfasilitasi pengenalan genomik di delapan bidang yang diminati, yaitu penyakit menular, kanker, diabetes, penyakit langka/gangguan genomik, reproduksi dan kesehatan ibu, reproduksi dan neonatal, kardiovaskular, otak dan neurodegeneratif penyakit, penuaan, nutrisi & kesehatan yang bekerja sama dengan beberapa rumah sakit khusus yang menangani penyakit tersebut,” tambahnya. (Sumber brin.go.id)