Jakarta, Technology-Indonesia.com – Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, Erlina Burhan, mengatakan masyarakat umum kerap melupakan tata cara melepaskan masker bedah secara tepat yakni dengan langsung menyentuh bagian permukaannya. Melepaskan masker bedah setelah dipakai seharusnya hanya memegang bagian talinya saja tanpa menyentuh bagian permukaan.
Prosedur ini kerap dilupakan masyarakat. Akibatnya, partikel virus yang kemungkinan menempel di permukaan malah bakal terdistribusi ke tangan. “Melepaskan masker ada caranya hanya memegang talinya jangan memegang maskernya,” kata Erlina dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Meski telah melepaskan masker, Erlina mengingatkan agar masyarakat jangan merasa telah aman dari ancaman virus. Mereka tetap diminta untuk langsung mencuci tangan sebagai bagian mempertebal proteksi.
“Jangan merasa aman setelah menggunakan masker. Setelah melepaskan masker tetap harus mencuci tangan. Menggunakan masker bila batuk, kalau tidak ada lakukan etika batuk. Intinya pesan pencegahan pertama jaga jarak aman, stay at home, etika batuk jika bersin, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, lakukan semuanya dengan disiplin,” katanya.
Ia mengatakan masker bedah efektif mencegah partikel airbone ukuran 0,1 mikron dari 30 hingga 95 persen. Namun masih memiliki kelemahan yakni tidak bisa menutupi permukaan wajah secara sempurna terutama di sisi samping kiri dan kanan masker. Kelemahan lainnya hanya bisa digunakan sekali pakai.
Sementara, masker N95 tingkat efektifitas pencegahan penularan mencapai 95 persen. Namun masker ini tidak boleh dipakai sembarang orang dan menjadi protokol wajib tenaga kesehatan yang harus berkontak langsung dengan pasien penderita.
“N95, masker ini mempunyai proteksi yang baik untuk droplet dan juga memiliki proteksi aerosol. Makanya dianjurkan oleh tenaga medis, bukan masyarakat, dan efektifitasnya cukup tinggi partikel ukuran 0,1 mikron aerosol sampai 95 persen,” terangnya.
Erlina menekankan, apabila permukaan dalam masker sudah basah, maka wajib mengganti atau membuangnya karena masker tersebut hanya digunakan sekali pakai. Meski begitu, masyarakat yang wajib menggunakan masker bedah adalah orang sakit dan tenaga medis.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak memborong masker. “Kalau orang sehat memborong dan memakai (masker bedah) maka ketersediaan masker ini tidak ada lagi bagi tenaga kesehatan maupun orang sakit. Ini berbahaya kalau orang sakit tidak ada akses terhadap masker bisa jadi orang sakit ini jadi sumber penularan kita semua,” katanya.
Masker Kain
Pada kesempatan tersebut, Erlina juga menyampaikan bahwa masyarakat dapat menggunakan masker kain di tempat umum dan fasilitas lain. Namun, pengguna masker kain tetap perlu menjaga jarak 1 sampai 2 meter untuk mencegah penularan virus corona.
Penggunaan masker kain, terangnya, ternyata kurang efektif mencegah penularan virus corona dan hanya bisa digunakan sebagai pilihan terakhir. “Kenapa? Karena masker kain tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel dan ini tidak disarankan bagi tenaga medis. Sekitar 40 hingga 90 persen partikel bisa menembus masker. Idealnya dikombinasikan dengan penutup wajah,” ujar Erlina.
Menurutnya, terdapat sejumlah mekanisme penularan virus dua di antaranya melalui droplet dan airbone (partikel kecil yang terbawa udara). Masker kain memang memiliki perlindungan dari droplet, meski kecil. Tingkat perlindungan bagi partikel droplet ukuran tiga mikron hanya 10 sampai 60 persen. Jadi masih tergolong tinggi penularannya.
“Masker kain, perlindungan terhadap droplet ada, tapi tidak ada perlindungan terhadap aerosol atau partikel yang airbone,” kata dia.
Meski begitu, pengunaan masker kain ini bisa digunakan sebagai pilihan terakhir jika ketersediaan masker bedah sudah sangat langka di pasaran. Dengan catatan, yang wajib menggunakan masker bedah adalah orang sakit dan tenaga medis. Sementara masyarakat sehat dapat menggunakan masker bedah jika keluar rumah atau merawat orang sakit.
