Limbah Medis Covid-19 Harus Ditangani Secara Tepat

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penularan virus corona penyebab Covid-19 mengakibatkan jumlah emisi dan polusi terutama di kota-kota besar berkurang. Di sisi lain, jumlah sampah/limbah medis untuk penanganan pandemi Covid-19 meningkat dan berpotensi menularkan penyakit.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono mengatakan tingginya jumlah pasien positif Covid-19 berbanding lurus dengan jumlah limbah medis yang dihasilkan. Limbah medis seperti bekas jarum suntik, bekas kantong infus, dan disinfektan mengandung bahan infeksius atau berpotensi menularkan penyakit.

“Pandemi Covid-19 di satu sisi memberikan berkah turunnya emisi gas buang yang menghambat perubahan iklim. Namun di sisi lain, ada ancaman berupa sampah atau limbah dari aktivitas manusia terhadap virus ini,” ujar Agus pada seminar berbasis web (webinar) “Penanganan Sampah/Limbah Medis Covid-19” pada Rabu (22/4/2020).

Limbah medis, lanjutnya, masuk dalam golongan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang penanganan dalam pembuangannya tidak boleh sembarangan. “Prosedur pembuangan yang tepat harus diperhatikan agar limbah medis tidak berbahaya bagi makhluk hidup lainnya ataupun mencemari lingkungan,” terang Agus.

Webinar digelar oleh LIPI bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Tim Teknis Komisi Pestisida RI. Webinar dilaksanakan dalam rangka Hari Bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April.

Kepala Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) LIPI, Ajeng Arum Sari mengungkapkan Hari Bumi merupakan hari dimana kita mengamati bumi dan merespon kondisi lingkungan, terutama yang mengalami krisis seperti tumpahan minyak, kabut asap, dan sungai tercemar. Tema hari Bumi tahun 2020 adalah “Climate Action” yang bertujuan membuat bumi menjadi lebih layak huni.

“Tahun ini kita menghadapi dua krisis yaitu pandemi corona dan permasalahan lingkungan. Hari Bumi menjadi tonggak kita untuk mengubah dunia menjadi lebih baik,” tuturnya.

Selama pandemi corona, terang Ajeng, terjadi penurunan konsentrasi nitrogen dioksida di Paris. Badan pengawas kualitas udara Paris mencatat penurunan polusi udara hingga 30 persen karena penurunan tingkat lalu lintas. Di Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginfokan bahwa kualitas udara pada pada Maret tahun 2020 lebih bersih dibandingkan Maret tahun 2019 karena emisi gas buang transportasi dan industri berkurang drastis

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan jumlah sampah dari Jakarta menuju Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Bantargebang, Bekasi, berkurang signifikan sejak penerapan work from home (WFH). Penurunan rata-rata mencapai 620 ton per hari.

Di sisi lain, jumlah sampah masker dan sarung tangan sekali pakai meningkat. Kondisi ini, lanjut Ajeng, kemungkinan bisa menjadi sumber penyakit baru. Apabila tidak tertangani dengan baik, limbah berpotensi menimbulkan dampak pada kesehatan dan lingkungan seperti paparan patogen dan bahan kimia beracun serta tercemarnya air, udara, dan tanah.

KLHK telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Covid-19. Untuk menangani limbah infeksius yang berasal dari fasilitas kesehatan, pertama dilakukan penyimpanan limbah infeksius dalam kemasan tertutup paling lama dua hari sejak dihasilkan. Limbah tersebut diangkut atau dimusnahkan melalui pengolahan limbah B3 yang memiliki fasilitas insinerator dengan suhu pembakaran minimal 800°C atau autoclave yang dilengkapi pencacah.

Residu hasil pembakaran atau cacahan hasil autoclave dikemas dan dilekati simbol “Beracun” dan selanjutnya disimpan di tempat penyimpanan sementara limbah B3 untuk selanjutnya diserahkan kepada pengelola limbah B3.

Ajeng memaparkan, pada tahun 2019 lebih dari 290 ton/hari volume limbah medis yang dihasilkan dari 2.820 rumah sakit dan 9.884 puskesmas di Indonesia. Limbah medis selama pandemik Covid-19 dipastikan terus meningkat. Tidak hanya dihasilkan dari rumah sakit dan Puskesmas saja, namun juga klinik-klinik, unit transfusi, dan apotek. Sementara baru sekitar 87 rumah sakit memiliki insinerator dengan kapasitas 60-an ton/hari.

Untuk penanganan sampah Covid-19 di perumahan, menurut Ajeng bisa ditangani secara mandiri maupun komunal. Penanganan mandiri bisa dilakukan dengan memisahkan sampah masker, tisu, sarung tangan, dan lain-lain dari sampah biasa. Sampah tersebut direndam dalam larutan disinfektan sebelum dikemas khusus. Setelah dikemas, sampah tersebut ditandai, dan dibuang

Penanganan komunal bisa dilakukan dengan mengumpulkan sampah yang kemungkinan mengandung Covid-19 dari dari rumah-rumah setiap hari. Sampah tersebut bisa diolah dengan metode termal. Setelah diolah, sampah dikemas, ditandai, lalu dibuang. Dalam penangananan sampah Covid-19, petugas sampah harus menggunakan APD.

“Prosedur pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan limbah Covid-19 harus memperhatikan prinsip kehati-hatian sehingga dapat mencegah penularan. Untuk itu diperlukan sosialisasi prosedur dan teknologi pemusnahan limbah Covid-19 di fasyankes dan masyarakat,” terangnya.

Dalam webinar tersebut juga diperkenalkan teknologi pemanfaatan sinar-UV untuk sterilisasi limbah penanganan Covid-19. Teknologi yang dikembangkan Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI ini diberi nama Simple Smart UV-C Sanitizer (SiSUSAN).

Yusuf Nur Wijayanto dari Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI menerangkan SiSusan merupakan alat strelisasi ruangan portable yang dapat dikendalikan dengan ponsel pintar. SiSUSAN dikembangkan secara sederhana dengan memanfaatkan sinar UV untuk membunuh virus atau bakteri. “Tidak hanya mudah digunakan, SiSUSAN juga murah sehingga cocok digunakan di lingkungan rumah tangga, Puskesmas, sekolah, dan kantor,” ujar Yusuf.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author