Mahasiswa UGM Kembangkan In-SWALST, Tongkat Pintar Multifungsi Berbasis Internet

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada) mengembangkan inovasi sebuah tongkat pintar multifungsi untuk deteksi kesehatan dan proteksi bagi lansia dan penyandang tuna netra.

Tongkat yang dinamai In-SWALST (IoT Based Smart Walking Stick for Real Time Health Monitoring) ini memiliki banyak fungsi proteksi untuk memberikan keamanan lebih bagi para lansia dan tuna netra.

Tongkat In-SWALST juga memiliki sejumlah fitur penting seperti sensor pendeteksi kesehatan berupa saturasi oksigen, detak jantung, dan suhu tubuh.

Tongkat In-SWALST dikembangkan oleh Kristian Bima Aryayudha (Elektronika dan Instrumentasi), Kenniskiu Fortino Kurniawan (Ilmu Komputer), Abdul Adzim Iftikar Mardiansjah (Teknik Mesin), Johana Gracia (Kedokteran), Yovanti Trifa Mivea (Elektronika dan Instrumentasi), Elmara Nugra Ristia (Kehutanan), Fatma Tiara Mahfudiani (Kehutanan), dan Adnindya Jeehan Azzara (Kehutanan).

Arya menyampaikan pengembangan tongkat pintar ini bermula dari keinginan tim untuk menciptakan suatu alat sederhana dengan banyak fungsi yang menguntungkan bagi penggunanya, yakni lansia dan tuna netra.

In-SWALST ini dikembangkan dengan sejumlah fitur penting. Diantaranya sensor pendeteksi kesehatan berupa saturasi oksigen, detak jantung, dan suhu tubuh yang terhubung langsung ke website In-SWALST secara real-time.

“Melalui tongkat ini, monitoring kesehatan dapat dilakukan dengan sangat mudah dan praktis,” terang Arya di Ruang Fortakgama UGM pada Jumat (16/9/2022).

Tongkat jalan ini juga memiliki banyak fungsi proteksi untuk memberikan keamanan lebih bagi para lansia dan tuna netra. Tongkat In-SWALST akan bergetar saat terdapat objek di depan pengguna yang berjarak sekitar 75 cm.

Dengan fitur tersebut dapat menurunkan risiko jatuh karena menabrak objek bagi para lansia dan tuna netra.

“Untuk menekan risiko jatuh pada lansia dan tuna netra kami mengintegrasikan sensor posisi sehingga saat tongkat maupun pengguna terjatuh maka alarm pada tongkat akan berbunyi sehingga orang sekitar bisa datang memberikan bantuan,” urainya.

Abdul Adzim menambahkan untuk mengurangi risiko terpeleset pengguannya, mereka melengkapi tongkat pintar dengan sensor yang bisa mendeteksi genangan air. Sensor ini bekerja dengan menghasilkan getaran yang bisa langsung dirasakan oleh para lansia dan tuna netra saat berada di genangan air.

In-SWALST juga dilengkapi dengan fitur GPS. Fitur tersebut berguna untuk mencari lokasi terakhir dari tongkat yang bisa diakses melalui website milik In- SWALST. Selain itu, saat pengguna berada pada kondisi kurang cahaya atau gelap, lampu LED yang tersedia pada tongkat akan otomatis menyala.

In-SWALST merupakan sebuah terobosan baru yang dikembangkan sebagai bentuk kepedulian bagi lansia dan tuna netra. Diharapkan In-SWALST dapat menjadi salah satu alat kesehatan yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan para lansia dan tuna netra.

“Kedepannya, kami juga berharap tongkat In-SWALST bisa terintegrasi dengan pihak rumah sakit dalam hal monitoring kesehatan pasien lansia dan tuna netra. Kami juga berharap dengan terealisasikannya PKM-KC ini, In-SWALST dapat berguna dan memudahkan para lansia dan tuna netra dalam menjalani kehidupan sehari-hari,” ujar Arya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author