Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terus mengembangkan inovasi implan tulang dengan mencari material baru untuk menghasilkan produk-produk implan tulang yang lebih maju. Hal ini sesuai peta jalan yang dimuat dalam Permenkes No. 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
Keberhasilan implan tulang stainless steel tipe 316L (SS 316L) hasil inovasi Pusat Teknologi Material (PTM)-BPPT telah ditunjukkan dengan kemampuan industri lokal untuk produksi massal sehingga menghasilkan produk implan berkualitas sesuai standar medis dan harga bersaing dibandingkan produk impor.
I Nyoman Jujur, Kepala Program kegiatan Biokompatibel Material untuk Alat Kesehatan menuturkan pihaknya akan menggunakan material berbahan titanium dan paduannya untuk pengembangan implan tulang.
Menurut Perekayasa Utama PTM BPPT ini, bahan titanium patut menjadi pilihan, khususnya dalam menciptakan inovasi implan tulang yang akan digunakan sebagai pengganti tulang panggul, tulang lutut maupun implan tulang traumatik.
“Saat ini implan tulang panggul masih 100 persen impor dari luar negeri. BPPT tengah mengembangkan implan berbahan titanium untuk tulang panggul dan sudah bermitra dengan salah satu industri lokal di Klaten, Jawa Tengah,” ungkap Nyoman di Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (8/9/2018).
Bahan titanium urai Nyoman, bersifat ringan, ketahanan karat dan kekuatan mekanis tinggi sehingga lebih kuat dan sifat bikompatibilitas yang sangat baik untuk material implan tulang.
Berdasarkan dari tren tingkat harapan hidup yang semakin tinggi, menurut Bappenas, penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Pada tahun yang sama angka harapan hidup diperkirakan mencapai 73,7 tahun, suatu peningkatan yang cukup tinggi dari angka 69,0 tahun pada saat ini.
“Kondisi ini kedepannya, memerlukan pengembangan implan degeneratif seperti pengganti tulang pinggul dan lutut,” tegasnya.
Pengembangan implan berbahan titanium diharapkan mendapat dukungan dari berbagai pihak, khususnya Kementerian Kesehatan. “Agar pengembangan ini siap untuk diluncurkan untuk mengatasi impor alat kesehatan (Alkes), serta mampu diproduksi oleh industri dalam negeri,” katanya.
Keunggulan Implan Titanium
Lebih lanjut disebutkan Nyoman bahwa material titanium pada tahapan proses pembuatannya sangat reaktif sehingga memerlukan peralatan yang canggih seperti peleburan dan rekayasa material dalam dapur vakum.
Disamping itu, keunggulan proses bahan implan Titanium mampu dibuat dengan teknologi cetakan presisi sehingga sedikit memerlukan proses pemesinan serta dapat diproduksi massal sehingga menekan biaya pembuatannya. “Titanium disamping digunakan untuk material implan tulang juga bisa untuk material implan gigi dan kebutuhan alat medis lainnya,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama Koordinator Pusat Unggulan Iptek Material Medis PTM BPPT, Agus Hadi Wargadipura menyatakan implan tulang berbahan titanium juga menjadi pendorong bagi BPPT, khususnya pada Pusat Teknologi Material untuk bertahan menjadi Pusat Unggulan Iptek (PUI) Material Medis.
Pihaknya akan berupaya menguatkan tata kelola kelembagaan untuk mendukung pengembangan dan penerapan implan tulang. “Pengembangan implan tulang buatan lokal ini terus dikejar BPPT, mengingat manfaatnya yang sangat besar untuk masyarakat luas. Kami juga terus melakukan sinergi dengan Pusat Ungulan lainnya serta menghasilkan publikasi ilmiah yang berbobot,” rincinya.
Diharapkan kedepan potensi lokal yang tersebar di tanah air dalam pengembangan alat kesehatan dapat bersinergi untuk meningkatkan daya saing industri alat kesehatan.
“Sinergi berbagai pihak, khususnya kalangan dokter orthopedi sangat dibutuhkan untuk mendukung dan memanfaatkan produksi alat kesehatan implan tulang hasil pengembangan industri lokal. Agar kita tidak impor,” pungkasnya.