BPPT – Kimia Farma Jalin Kerjasama Produksi Kit Rapid Test Demam Berdarah Dengue

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia terutama di daerah subtropis dan tropis sehingga terus menjadi beban kesehatan maupun perekonomian. Di Indonesia, kasus demam berdarah terus berulang setiap tahun di hampir seluruh provinsi dengan jumlah kasus dan tingkat kematian yang masih cukup tinggi di beberapa wilayah.

Salah satu kunci menurunkan angka kematian adalah dengan mendeteksi penyakit demam berdarah secara akurat dan cepat menggunakan perangkat deteksi yang mudah digunakan di seluruh pelosok tanah air dengan harga terjangkau.

Saat ini, uji deteksi DBD yang digunakan sebagai gold standard tidak spesifik untuk mendeteksi DBD sedangkan kit diagnostik yang ada masih impor. Karena itu deteksi dengue yang spesifik namun terjangkau sangat dibutuhkan.

Untuk itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berupaya mencari solusi pemasalahan tersebut dengan mengembangkan Kit Rapid Test DBD. Kit Rapid Test tersebut berbasis teknik imunokromatografi dengan menggunakan anti–NS1 antibodi monoklonal yang dikembangkan oleh BPPT.

Prototipe Kit Diagnostik inovasi BPPT ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya mampu mendeteksi dini infeksi DBD, menggunakan bahan baku antibodi monoklonal berdasarkan strain lokal Indonesia serta spesimen dapat berupa darah, plasma, dan serum. Kit diagnostik ini mudah digunakan dengan hasil yang diperoleh relatif cepat antara 2-10 menit. Selain itu, dalam penggunaannya tidak memerlukan alat serta penyimpanan tidak memerlukan pendingin.

Agar Kit Rapid Test DBD dapat diproduksi hingga dikomersialiasi, BPPT melakukan penandatanganan kerjasama dengan PT Kimia Farma (Persero) di Jakarta Pusat pada Senin (17/6/2019). BPPT diwakili Yenny Bakhtiar, Kepala Pusyantek BPPT sedangkan PT. Kimia Farma diwakili oleh Andi Prazoz, Direktur Pengembangan Bisnis PT. Kimia Farma.

Ruang lingkup kerjasama BPPT – PT. Kimia Farma meliputi optimasi produksi bahan baku dan produk kit rapid test DBD, uji fungsi dan pengurusan ijin edar produk kit rapid test DBD, alih teknologi produksi bahan baku dan produk kit rapid test DBD, serta produksi dan komersialisasi produk kit rapid test DBD komersial.

“Kit Diagnostik ini dirancang untuk deteksi dini (early detection) dan deteksi non-dini penyakit DBD. Sehingga penyakit demam berdarah bisa dideteksi lebih awal dengan menggunakan alat ini,” ungkap Kepala BPPT Hammam Riza usai acara penandatanganan kerjasama.

Menurut Hammam, penandatanganan kerjasama ini sangat penting agar inovasi Kit DBD dapat segera di produksi massal, sehingga dapat digunakan untuk kepentingan penanganan DBD.

“Kami menyadari, bahwa hasil kajian dan inovasi teknologi BPPT tidak akan bisa sampai kepada pengguna dan masyarakat. Untuk itu kami gandeng industri dalam negeri dalam hal ini PT Kimia Farma yang siap produksi secara massal,” paparnya.

Hammam berharap Kit Diagnostik DBD ini segera dapat diproduksi dan dikomersialisasi untuk mempercepat deteksi dan tindakan penanganan demam berdarah di Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Soni Solistia Wirawan menyampaikan bahwa kerjasama ini merupakan momen penting untuk saling memperkuat komitmen dan bersinergi melakukan hilirisasi hasil inovasi karya anak bangsa yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.

“Semoga setelah penandatanganan perjanjian kerjasama ini, langkah-langkah konkrit tahapan hilirisasi dan komersialisasi dapat dilaksankan dengan serius sesuai tahapan teknis dan target waktu yang telah ditetapkan,” timpalnya.

Direktur Utama PT Kimia Farma Honesti Basyir mengaku bahwa pihaknya sangat mendukung kegiatan riset di Indonesia karena banyak potensi dalam dunia farmasi nasional yang dapat dikembangkan lewat teknologi. “Semoga dengan komitmen kerjasama ini dapat di tindak lanjuti dan direalisasikan,” ujar Basyir.

Diharapkan pada akhir 2019, ijin edar produk sudah diperoleh dari Kementerian Kesehatan dan PT.Kimia Farma sudah bisa meluncurkan produk perdana Kit Diagnostik ini.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author