TechnologyIndonesia.id – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memberikan perhatian terhadap percepatan adopsi teknologi kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI). Wakil Menteri Komdigi Nezar Patria menyatakan untuk mempercepat adopsi dan pengembangan AI harus berdasarkan prinsip transfer teknologi dan transfer pengetahuan serta kolaborasi lintas sektor dalam menghasilkan inovasi AI.
“Hal ini memungkinkan Indonesia dan negara maju lainnya untuk berpartisipasi aktif dalam rantai pasokan AI global, tidak hanya sebagai pengguna atau pasar saja,” tegas Nezar dalam AI Institute for Progress (AIIP) Closing and Demo Day di Gedung Graha CIMB Niaga, Jakarta Pusat, Selasa (25/02/2024).
Nezar Patria menekankan arti penting ekosistem AI yang inklusif melalui kolaborasi antar platform. Sementara, orang atau People berfokus pada pemberdayaan pengembangan kapasitas publik.
“Ini adalah bukti dari kemungkinan tak terbatas yang dihadirkan oleh AI. Saat ini kita berkumpul untuk memamerkan inovasi dan mengeksplorasi peluang baru, mari kita renungkan kekuatan transformatif kecerdasan buatan, perannya dalam mendorong kemajuan, meningkatkan industri, dan memperbaiki kehidupan,” ungkapnya.
Nezar Patria mengapresiasi AIIP yang diinisiasi oleh Alpha JWC Ventures dan Pijar Foundation untuk pengembangan penggunaan AI di Indonesia. Menurutnya, selama periode Agustus 2024 hingga Februari 2025, AIIP telah bekerjasama dengan sektor privat dan publik untuk pengembangan dan adopsi AI di Indonesia.
“Selama periode tersebut, AIIP sendiri telah melahirkan lebih dari 3187 penerima manfaat. Selain itu, program ini melibatkan 32 ahli, 30 mitra publik, privat dan komunitas serta 15 peserta yang ikut Misinya adalah untuk menjembatani inovasi AI dengan masalah yang kerap terjadi di Tanah Air,” jelasnya.
Wamen Nezar Patria mengungkapkan kemajuan Indonesia dalam memajukan perkembangan AI. Ia bangga karena Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menyelesaikan Laporan Penilaian Kesiapan AI dengan kolaborasi bersama UNESCO.
“Sebagian besar negara membutuhkan waktu rata-rata tujuh bulan untuk menyelesaikan laporan ini, Indonesia berhasil menyelesaikannya hanya dalam waktu empat bulan. Pencapaian ini menempatkan kami sebagai pemimpin regional dengan kesempatan untuk berbagi praktik terbaik dan wawasan dengan negara-negara tetangga,” tuturnya.
Meski telah mengambil langkah signifikan dalam regulasi AI yang selaras dengan standar global. Namun, Nezar Patria mengingatkan Indonesia masih membutuhkan investasi yang lebih besar dalam pembangunan infrastruktur hingga tata kelola.
“Ini termasuk meningkatkan keamanan siber, memperluas pusat data, dan memastikan akses komputasi yang terjangkau. Upaya ini akan sangat penting dalam membuka potensi penuh AI bagi budaya bangsa kita,” tegasnya.
Pada tahun 2030, pemanfaatan AI bisa berkontribusi terhadap PDB Global mencapai USD15 Triliun. Menurut data PWC, untuk kawasan ASEAN, pemanfaatan teknologi baru itu dapat menyumbang USD1 Triliun dan di Indonesia diperkirakan mencapai USD366 Miliar dari total PDB nasional dalam lima tahun mendatang.
Percepat Adopsi AI, Wamen Nezar Dorong Kolaborasi Inovasi Lintas Sektor
