Jakarta, Technology-Indonesia.com – Angka pertumbuhan nama domain id pada tahun 2019 menuai tren positif. Jumlah nama domain pada 2019 yang terdaftar di Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) mencapai 352.905 atau naik 25% dari tahun 2018 yang tercatat sebanyak 281.467. Pertumbuhan tersebut meningkat tajam atau naik dua kali lipat dari periode sebelumnya.
Ketua PANDI, Yudho Giri Sucahyo menerangkan, visi PANDI adalah menjadikan domain id sebagai domain pilihan utama di tingkat nasional dan internasional. Untuk itu, misi PANDI antara lain memastikan sistem layanan registry dan domain name system beroperasi dengan stabil, aman, terpercaya, dan mengikuti standar internasional; serta meningkatkan penggunaaan jumlah nama domain id untuk menjadi tuan rumah di Indonesia dan juara di tingkat ASEAN.
“Sampai akhir tahun kemarin kita sudah melampaui Malaysia. Jadi kita sudah lebih banyak dibandingkan .my,” kata Yudho dalam Press Conference PANDI di Jakarta, Jumat (31/1/2020).
Pada 2019, jumlah nama domain .my di Malaysia sebesar 322.992, sementara nama domain id berjumlah 352.905. Yudho menargetkan domain id bisa melampaui nama domain negara Vietnam yang berjumlah 494.758. Meskipun begitu, nama domain id mencapai pertumbuhan tertinggi di Asia Tenggara yaitu 27,5%, sementara Vietnam hanya 7,5% dan Malaysia -3.80%.
Dari jumlah nama domain id tersebut, lanjutnya, nama domain id saat ini yang aktif berjumlah 219.261 (68,78%) dan domain yang tidak aktif sebesar 99.548 (31,22%). Domain aktif merupakan domain yang mempunyai konten dan dapat diakses. Sementara, domain tidak aktif biasanya digunakan untuk mengamankan merk atau digunakan untuk kepentingan jangka panjang.
Sebaran domain id pada 2019 sebesar 330.069 (94,94%) berada di Indonesia. Sisanya, sebanyak 17.603 (5,06%) berada di luar negeri. Pertumbuhan domain id di luar negeri naik sebesar 0,67% dari kuartal kedua tahun 2019.
Hal itu menunjukkan bahwa nama domain id semakin dilirik dan diminati bukan hanya masyarakat dalam negeri, namun juga diminati masyarakat di luar negeri seperti Amerika Serikat, Singapura, Tiongkok, Jerman, Australia dan negara lainnya. Hal ini tidak lepas dari strategi PANDI selaku .id Registry, yang telah melakukan kerjasama dengan berbagai mitra strategis dalam meningkatkan brand awareness nama domain .id, seperti di bidang olah raga, musik hingga pendidikan.
Yudho menerangkan, agar bisa bersaing dengan pasar yang semakin kompetitif baik di dalam dan luar negeri, PANDI sudah menyiapkan strategi jitu dalam melebarkan volume pengguna .id di seluruh dunia. Langkah awal yang dilakukan PANDI agar semakin bisa kokoh bersaing di pasar internasional adalah dengan melakukan perubahan (rebranding) pada logo, tagline, dan maskot di tahun 2020.
“Pada logo baru terdapat tiga kombinasi warna, merah melambangkan keberanian, biru artinya trusted dan kredibel dan hijau yang melambangkan teknologi. Tagline lama yang awalnya “my Identity” diubah menjadi “Expressing Your Freedom”. Penggunaan tagline bahasa inggris tersebut dimaksudkan agar kita (PANDI) bisa semakin bersaing dan dikenal di Internasional,” ucap Yudho.
Lebih lanjut Yudho mengatakan pada 2020 ada beberapa kerjasama lanjutan dan baru akan dimulai dengan perusahaan, lembaga/instansi, organisasi dan lainnya. “Yang pertama kerjasama PANDI dengan Pengelola Nama Domain Australia (auDA), dan Pengelola Nama Domain Portugis (DNS.PT) untuk membentuk tim gabungan dalam proyek pengembangan pengelolaan domain TL (nama domain Timor Leste) yang dimotori dan difasilitasi oleh APTLD (Asosiasi Pengelola Nama Domain Tingkat Tinggi Asia Pasifik),” ungkap Yudho.
Selain itu, kerjasama antara PANDI dengan pihak keraton Yogyakarta dalam melestarikan budaya aksara daerah dan peningkatan literasi digital. PANDI akan mendaftarkan Top Level Domain dengan menggunakan aksara hanacaraka (Internationalize Domain Name / IDN Hanacaraka) di Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN) agar bisa dipergunakan di internet.
Kerjasama lainnya, lanjut Yudho, adalah mendukung kegiatan yang berfokus pada cyber security melalui pendekatan multi-disiplin berkontribusi dalam acara yang diselenggarakan oleh VU University dari Belanda dan Universitas Indonesia. Untuk meningkatkan sistem dan keamanan, PANDI melakukan penempatan server registri di data center yang lebih andal. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung terciptanya sistem dapat berjalan dengan baik tanpa adanya gangguan sistem, sehingga membuat registran (pengguna) merasa aman.
Untuk dapat bersaing secara sistem dan teknologi, mulai 2020 PANDI sudah menggunakan sistem registri mandiri di mana semua sistem yang dijalankan adalah asli buatan Indonesia. “Masyarakat harus bangga karena tidak semua registri bisa merdeka dari hal ini, bahkan beberapa negara di dunia pun masih banyak yang menggunakan pihak ketiga untuk menjalankan sistem registri,” ucap Yudho.
Tahun 2020 juga ditandai dengan adanya peluncuran PANDI Institute yang merupakan layanan edukasi kepada masyarakat dan mitra industri yang bersinergi dengan pemerintah dalam pelaksanaannya. PANDI Institute mempunyai layanan bagi masyarakat siber dunia, yang berskala global. “PANDI Institute dikelola oleh PANDI nantinya akan dikembangkan dengan basis profesionalisme dan kompetensi,” pungkasnya.