TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi, Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi (DPRI) bersama Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) menggelar sosialisasi Skema Pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Startup, pada Rabu (4/6/2025).
Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan skema pendanaan yang dirancang khusus bagi startup berbasis riset di Indonesia. Fokus utama diskusi mencakup syarat pengajuan, tantangan yang dihadapi, serta solusi pendanaan yang ditawarkan.
Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN, Arthur Ario Lelono, menyampaikan bahwa program ini menyasar startup yang telah melalui proses pra-inkubasi oleh inkubator.
“Kami berharap skema ini memberikan dukungan nyata bagi startup berbasis riset, baik yang berasal dari BRIN maupun perguruan tinggi. Bukti riset bisa berupa paten, jurnal, atau dokumen ilmiah lainnya,” ujarnya.
Arthur juga menekankan pentingnya pendanaan ini untuk membantu startup meningkatkan produktivitas dan daya saing di pasar. “Kami ingin memastikan startup Indonesia memiliki akses pembiayaan yang tepat untuk tumbuh dan berinovasi,” tambahnya.
Lidya Puspawardani dari Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi menjelaskan bahwa skema RIIM Startup bertujuan mendukung startup riset menjadi usaha mandiri yang berkelanjutan dan menguntungkan. Pendanaan bersumber dari imbal hasil dana abadi riset yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Lidya menyebutkan, terdapat dua kategori startup yang dapat mengakses skema ini, yaitu yang mengembangkan hasil riset dari BRIN, serta dari masyarakat umum seperti perguruan tinggi, pemda, atau lembaga riset lainnya.
“Pendanaan maksimal sebesar Rp300 juta per tahun selama dua tahun dapat digunakan untuk pengembangan produk, produksi, pemasaran, sertifikasi, dan perizinan,” jelasnya.
Selain pendanaan, startup juga akan mendapat fasilitas pendampingan, akses jaringan bisnis, dan berbagai bentuk dukungan lainnya. Hal ini disampaikan oleh Muhamad Amin dari Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi.
Sementara itu, Alexander Rudi dari AIBI menekankan perlunya peningkatan standar inkubator untuk menghasilkan startup yang lebih kompetitif dan siap bersaing.
Dalam sesi berbagi pengalaman, Henry Fonda, CEO PT Imago Randau Harmoni, penerima manfaat RIIM Startup, menceritakan proses pengembangan produknya, madu herbal Itoks Honey Leo.
Melalui pendampingan, ia berhasil mengatasi kendala umur simpan produk yang semula pendek karena penambahan bahan segar seperti lemon dan jahe merah. Ia juga memperoleh hak paten atas proses produksi dan berhasil mempublikasikan hasil risetnya di jurnal internasional Elsevier.
“Program RIIM menjadi pemicu bagi kami untuk mengembangkan produk berbasis riset lebih serius,” ungkap Henry. Ia juga mendorong para calon peserta untuk bekerja sama dengan periset BRIN atau akademisi agar proposal lebih valid secara ilmiah.
Sosialisasi ini diharapkan mendorong lahirnya lebih banyak startup riset yang mampu menjawab tantangan pasar dan berkontribusi pada kemajuan inovasi nasional. (Sumber: brin.go.id)
BRIN dan AIBI Sosialisasikan Skema Pendanaan RIIM Startup Berbasis Riset
