Jakarta – Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengajak generasi millenial Aceh untuk menjadi pengusaha muda berbasis teknologi digital.
“Menghadapi era Revolusi Industri 4.0 ini, generasi millenial juga harus berperan aktif. Masih banyak peluang untuk membuat start up berbasis teknologi digital, untuk diaplikasikan di berbagai sektor, seperti kebencanaan, pertanian dan hal lainnya,” ungkap Hammam dalam kuliah umum di hadapan civitas akademisi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Kamis, (04/04/2019).
Dalam paparan yang bertajuk Pemanfaatan Iptek di Era 4.0 untuk Menghela Pertumbuhan Ekonomi Aceh, Hamman mencontohkan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi China didorong oleh inovasi dan peningkatan kapasitas inovatif. Menurut dia, bahkan kurun waktu 2006 – 2020 terjadi perubahan paradigma dari pemantapan litbang menjadi pembangunan ekosistem inovasi. Dampaknya, Tiongkok dalam waktu 11 tahun (2006 – 2017) berhasil meningkatkan GDP per kapita nya 4 kali lipat dari sekitar 2000-an dolar menjadi sekitar 8000-an dolar.
Demikian pula di Korea Selatan, lanjut dia, melalui penguatan sistem inovasi, dalam waktu 4 dekade, mampu mengangkat GDP per kapitanya dari 80-an dolar di 1960-an menjadi 9.000-an dolar pada 2000.
Di Indonesia, kata Hammam saat ini memiliki bonus demografi, yang merupakan potensi terbesar bangsa dalam membangun ekonomi. “Bonus demografi ini perlu ditopang dengan dukungan iptek dan inovasi, guna memperkuat pondasi kompetensi sumberdaya manusia. Hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta daya saing sebuah negara. Inipun telah dibuktikan oleh negara seperti China dan Korea Selatan,” paparnya.
Untuk itu disebut Hammam, Indonesia juga harus melakukan perubahan tersebut. Khususnya dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 ini ditandai dengan kebutuhan SDM yang memiliki kemampuan dan kompetensi yang berbeda. “Bila dalam masa sebelumnya hanya diperlukan keahlian dasar, keahlian yang terkait efisiensi dan produktivitas, maka di era Industri 4.0 diperlukan kemampuan menganalisa data,” tegasnya.
Untuk itu, kata Hammam, Perguruan Tinggi juga harus berbenah diri. “Perguruan Tinggi dituntut tidak hanya menjalankan misi pengajaran dan pusat riset saja, tetapi harus juga sebagai wahana tumbuh kembang kewirausahaan berbasis teknologi,” ujarnya.
Model platform inovasi di Perguruan Tinggi, kata Hammam harus mengikuti tuntutan zaman. “Sumber daya dan talent global, dalam model platform inovasi ini harus melibatkan pelaku-pelaku di internal dan eksternal Perguruan Tinggi. Platform Inovasi yang dikembangkan harus mampu mengintegrasikan strategi mitra (organisasi lain serta masyarakat luas) melalui sistem yang tangguh dan memiliki kolaborasi antara pemasaran dan penelitian yang kuat,” rincinya.
Lebih lanjut Hammam mengharapkan bahwa kolaborasi antar pihak juga perlu ditingkatkan. “Kompetensi riset di kalangan sivitas akademik, perlu ditopang kebijakan pemerintah agar, hilirisasinya berkesinambungan dengan yang dibutuhkan oleh kalangan industri,” tegasnya.
Wakil Rektor I Unsyiah, Marwan mengakui bahwa saat ini perkembangan teknologi berlangsung sangat pesat. Unsyiah sebagai perguruan tinggi, lanjutnya, harus mampu mempersiapkan intitusinya, khususnya memasuki era Revolusi Industri 4.0.
Dalam sistem pembelajaran, Unsyiah kini memiliki UPT Lab Terpadu yang juga ditujukan guna mendorong dan melatih mahasiswanya dalam upaya mengembangkan berbagai start-up. “Kami juga ingin mengoptimalkan mahasiswa, untuk tampil menjadi pelaku usaha, khususnya dalam perkembangan teknologi informasi yang terus berkembang pesat,” ujarnya.