Beberapa wilayah di Indonesia masih menggunakan diesel untuk pembangkit listrik. Padahal, Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat besar di beberapa wilayah seperti Jawa, Sumatera, NTB, Sulawesi dan lain-lain. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto mengatakan, pemanfaatan sumber panas bumi skala kecil penting dilakukan. Pengurangan penggunaan diesel akan berdampak pada lingkungan hidup dalam hal pengurangan emisi CO2.
“Lebih baik menggunakan panas bumi dari pada menggunakan solar apabila dilihat dari sisi ketersediaan energi dan lingkungan,” ungkapnya di acara Workshop “Membangun Industri Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Nasional” di Bandung,(21/10).
Menurut Unggul, permasalahan pengembangan panas bumi tidak lepas dari masalah ketergantungan secara teknologi. “Hampir secara keseluruhan peralatannya dan sistemnya masih menggunakan peralatan dan teknologi dari luar,” tegasnya.
Saat ini, rasio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 80 persen. Artinya, masih ada 20 persen masyarakat Indonesia yang belum menikmati listrik. Penggunaan energi panas Bumi merupakan potensi besar untuk peningkatan dan penambahan kapasitas listrik.
Unggul berharap, Indonesia harus mampu membangun industri pembangkit listrik menggunakan komponen dari dalam negeri. “PLTP diharapkan dapat diterapkan di berbagai lokasi sumber-sumber panas Bumi, sehingga bisa mensubstitusi pembangkit listrik berbasis BBM,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama,Teddy C Sianturi, Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan, saat ini Kemenperin berencana mewajibkan pengunaan produk-produk dalam negeri untuk berbagai kelompok barang dengan nilai TKDN mencapai 20 persen sampai 90 persen.
Teddy berharap, workshop ini mampu membuka wawasan seluruh pihak terkait di industri kelistrikan tentang pentingnya optimalisasi pemanfaatan produk lokal untuk kemajuan bangsa dan negara. sumber www.bppt.go.id