Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) akan berperan dalam percepatan pembangunan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) dalam rangka pemenuhan program kelistrikan Mega Proyek 35.000 MW yang dicanangkan kabinet kerja Jokowi-JK dalam kurun 2015-2019.
Para pengusaha muda yang tergabung di organisasi bisnis ini akan berkontribusi dalam pembangunan pembangkit listrik berbasis EBTKE seperti mini micro hidro dan hidro, biomasa, surya, serta angin di seluruh Indonesia. Terutama di daerah-daerah pelosok terpencil yang belum tersentuh oleh penerangan listrik.
Partisipasi HIPMI pada proyek kelistrikan diharapkan dapat memberikan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang baru mencapai 4,7%. Proyek kelistrikan ini akan meningkatkan rasio elektrifikasi di atas 84,3%. Saat ini, rasio elektrifikasi di wilayah timur Indonesia di bawah 60%. Di Papua rasio elektrifikasinya hanya 43,5%. Sementara Nusa Tengara Barat (NTB) 58,7%.
“Pengusaha muda HIPMI akan berperan aktif dalam pembangunan EBTKE terutama di daerah-daerah terpencil dengan potensi sumber daya alam (SDA) untuk kepembangkitan EBTKE yang sangat melimpah. Pembangunan ini dalam rangka meningkatkan rasio bauran EBTKE dari 5% menjadi 20%,” tegas Ketua HIPMI, Reza Yogaswara dalam diskusi dan penandatanganan keseriusan dengan beberapa lembaga perbankan, vendor teknologi serta pihak swasta sebagai penguna listrik EBTKE di Jakarta, Rabu, (30/9).
Chairman Blue Bird Group, Bayu Priawan Djokosoetono mengatakan pengembangan EBTKE di Indonesia harus mendapat perhatian khusus dari seluruh sektor, baik itu pemerintah pusat, daerah, maupun perbankan dengan mempermudah perizinan, pemberian beberapa insentif dalam bentuk pajak dan lainnya. Apabila ini bisa berjalan, pengembangan EBTKE akan cepat terlaksana.
Dukungan dari seluruh sektor akan menjadi kepastian bagi para investor hingga tertarik berinvestasi pada bidang EBTKE. “Saat ini para pengusaha tidak mendapat dukungan pendanaan dari dalam negeri. Pihak perbankan tidak ada yang memberikan kucuran dana bagi pengusaha-perusahaan kecil. Rata-rata perbankan akan mengucurkan kredit kepada perusahaan besar saja,” tegas Bayu.
Menurut Direktur Utama Siner Group, Riza Suarga, Indonesia memiliki potensi SDA EBTKE yang melimpah. Selain sangat beragam dan penyebarannya hampir merata di seluruh nusantara ini. Salah satunya energi biomasa dari sampah kota, sampah industri dan juga dari dari hutan.
“Kita bisa membangkitkan listrik dari berbagai komponen biomasa ini. Kami sedang membangun pembangkit dari limbah kayu. Indonesia memiliki hutan sangat luas sekitar 137 juta hektar yang tersebar di beberapa daerah. Dengan memanfaatkan biomassa dari sisa-residu kehutanan ini, kita bisa membangun pembangkit,” lanjut Riza.
Siner Group akan berinvestasi pada proyek EBTKE sebesar USD 17.1 milyar dengan konsentrasi dalam pembangunan pembangkit listrik Biomassa sampah hutan industri. Siner Group mendapatkan izin konsensi Hutan Tanaman Industri (HTI) di Worowali, Sulawesi seluas 6.200 hektar. “Siner Group akan membangun pembangkit biomassa di 71 kabupaten dan kota seluruh Indonesia,” Pungkas Riza. Alb