Pengembangan PLTAL Harus Perhatikan Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung

alt

Kupang, Technology-Indonesia.com –  Arus laut Selat Gonsalu, antara Larantuka dan Adonara Barat, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang selama ini ditakuti masyarakat ternyata bisa menghasilkan energi listrik. Ujicoba pemanfaatan energi arus laut oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada 2010 disambut antusias oleh masyarakat Flores Timur.
 
Sementara dalam dokumen RTRW (Rencana tata Ruang Wilayah) Kabupatan Flores Timur 2007-2027 terdapat satu rekomendasi agar dibangun Jembatan Palmerah Pancasila antara Pulau Flores dan Adonara untuk menghubungkan jalan provinsi di kedua pulau tersebut.
 
“Jadi mimpi pertama bagi warga Flores Timur adalah adanya Jembatan Palmerah. Mimpi kedua adanya PLTAL (Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut) Gonsalu. Semoga kedua mimpi itu terwujud lima atau sepuluh tahun mendatang,” ungkap Theodorus Hadjon  Kepala Bappeda Kabupaten Flores Timur dalam Focus Group Discussion “Peran Teknologi untuk Pengembangan PLTAL di Indonesia” di Hotel Aston, Kupang, pada Jumat (22/12/2017).
 
Untuk mewujudkan dua mimpi itu, Kabupaten Flores sudah menyiapkan dokumen perencanaan yang ditetapkan dalam Perda RPJMD Kabupaten Flores Timur Tahun 2017-2022. Pada 2017, sudah ada kesiapan Pemda untuk melakukan pembebasan lahan baik untuk pembangunan Jembatan Palmerah dan ujicoba PLTAL. 
 
Theodorus optimis kehadiran Jembatan Palmerah dan PLTAL Gonsalu memungkinkan untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Karena itu, pada prinsipnya pemda siap untuk mendukung kebijakan ini.
 
“Kami siap membantu dalam kerangka salah satu potensi daerah yaitu arus laut bisa dikembangkan sehingga memungkinkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Theodorus.
 
Dalam kesempatan tersebut, Perekayasa Utama di Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim (PTIRM) BPPT, Erwandi menyampaikan agar penerapan PLTAL di Indonesia bagian Timur harus memperhatikan kondisi infrastruktur, fasilitas pendukung, serta industri pendukung.
 
Erwandi menceritakan tentang kegagalan penerapan teknologi PLTAL dari luar negeri di Lombok Timur karena tidak ada crane di wilayah tersebut.  Unit PLTAL seberat 35 ton yang sudah ada di pinggir pantai, membutuhkan crane 50 ton untuk memindahkannya.
 
Kondisi obyektif di Indonesia bagian Timur yang menjadi kendala pengembangan PLTAL antara lain infrastruktur untuk perakitan PLTAL yang minim. Fasilitas pendukung seperti crane, barge, berth, dan lain-lain juga minim atau tidak ada, serta industri pendukung kebanyakan ada di Jawa.
 
Untuk mengatasi kendala infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya, pada 2010 PTIRM-BPPT pernah membuat sistem PLTAL yang ringan dengan kapasitas 10 Kilowatt. “Jadinya memang kecil, tapi itu memenuhi syarat untuk diinstall di Larantuka,” papar Erwandi.
 
Meskipun kapasitas daya listriknya kecil, lanjutnya, sistem ini bisa ditingkatkan kapasitasnya dengan menjajarkan secara paralel dengan memanfaatkan jembatan atau minimal jetty.
 
Untuk mempercepat implementasi PLTAL, dalam paparannya Erwandi mengusulkan beberapa solusi teknologi antara lain pembuatan kapal khusus untuk alat angkut, instalasi, dan maintenance PLTAL. Kapal ini dilengkapi dengan alat piling, crane, maupun mooring. Ukuran kapal didasarkan pada dimensi turbin (5 – 10 meter) dan kedalaman perairan (max 50 meter).
 
Kapal ini mengangkut komponen PLTAL dari fasilitas galangan kapal di Indonesia Barat. Dalam keadaan khusus, bila dibutuhkan tempat (berth) untuk assembly dan persiapan erection, pemerintah daerah dapat mempersiapkannya. Setelah selesai, fasilitas ini dapat dimanfaatkan untuk galangan kapal, pergudangan, pelabuhan, atau KEK (Kawasan Ekonomi Khusus).
 
“Kapal khusus dengan fasilitas crane, piling, mooring adalah solusi teknologi yang diperlukan untuk percepatan implementasi PLTAL,” pungkas Erwandi. 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author