BRIN Akan Kembangkan Sumber Benih Unggul Malapari untuk Biofuel di Pulau Lembata

TechnologyIndonesia.id – Saat ini tanaman malapari (Pongamia Pinnata) menarik perhatian dunia karena dapat menjadi sumber energi alternatif, sebagai energi terbarukan (renewable energy). Malapari juga berpotensi sebagai bahan baku industri sabun, kosmetik, dan herbal.

Untuk mengembangkan bibit unggul tanaman malapari, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PT. Lembata Hira Sejahtera (PT. BATARA) di Bogor Jawa Barat, Senin (6/5/2024). Kerjasama ini terkait riset pemuliaan jenis malapari untuk biofuel di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kerja sama dilakukan untuk pengembangan bibit unggul tanaman malapari, sebagai tanaman legum  atau kelompok kacang-kacangan. Tanaman legum dapat mengikat nitrogen bebas atau nitrogen-fixing ability, dan bijinya mengandung minyak nabati,” jelas Andes Hamuraby Rozak, Kepala Pusat Risat Pusat Riset Botani Terapan (PR BOTER) BRIN.

“Jadi kita bersinergi antara kegiatan di hulu dan hilir. Hulunya mempersiapkan sumber benih unggul malapari pada suatu kawasan sebagai jaminan suplai bahan bakunya. Kita juga menyiapkan teknologi prosesnya untuk menghasilkan Bahan Bakar Nabati (BBN), sehingga bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif,” imbuh Andes.

Dia membeberkan, teknologi pengolahan minyak malapari menjadi biodiesel telah dikembangkan di beberapa negara. Misalnya di Australia, India, Hawaii, Paraguay, dan Amerika yang berpotensi tinggi untuk membuat bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF).

“Malapari juga mempunyai serapan carbon yang tinggi, berpotensi menghasilkan carbon credit. Tentunya akan mendukung program penurunan emisi carbon global menuju Net Zero Emission pada 2060 sesuai  dokumen Enhanced NDC Indonesia,” terangnya.

Andes berharap kerja sama riset ini mencapai target pengembangan tanaman malapari sampai menghasilkan benih unggul untuk BBN. Sehingga bisa berkontribusi secara signifikan dalam pengembangan biofuel di Indonesia.

Budi Leksono Peneliti Ahli Utama selaku Koordinator Kerja sama Riset BRIN menjelaskan, PT. BATARA berkeinginan mengembangkan perbenihan tanaman malapari, sebagai salah satu habitat alami jenis tersebut, dan lokasinya sangat luas di Pulau Lembata.

“Kami berharap, pendampingan dari BRIN membangun sumber benih unggul dengan program pemuliaan malapari untuk biofuel, dapat menjadikan Pulau Lembata sebagai salah satu sumber bioenergi di Indonesia. Tanaman ini toleran pada daerah kering seperti di NTT, sehingga potensial untuk dikembangkan di wilayah Timur,” harapnya.

Dia menambahkan, PT. BATARA juga ingin mengembangkan tanaman agroforestry. Riset yang telah dilakukannya selama 15 tahun ini membuktikan malapari potensial untuk dikembangkan sebagai jenis alternatif penghasil biofuel.

“Tanaman ini tidak bersaing dengan tanaman pangan (non edible oil), yang menjadi salah satu jenis tanaman potensial untuk carbon trade. Sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan, dan sangat bagus bagi generasi masa depan. BRIN sangat berperan dalam peningkatan kapasitas sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, melalui transfer teknologi dengan harapan Pulau Lembata menjadi pulau bioenergi,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Alexander Bala Tifaona Direktur Utama PT. BATARA menjelaskan, perusahaannya bergerak di bidang Perbenihan Tanaman Hutan (PTH) dengan visi membangun masa depan berkelanjutan. Melalui kegiatan perbenihan tanaman hutan untuk melakukan revegetasi, rehabilitasi lahan, dan aforestasi. Sekaligus mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan secara global.

“PT. BATARA berkomitmen untuk menanam tanaman native yang bernilai ekologi tinggi. Hal ini karena penggunaan tanaman tersebut akan meningkatkan keberlanjutan ekosistem, dan memperkuat keanekaragaman hayati,” tutur Alexander.

Program tersebut akan dimulai di Pulau Lembata dengan mengembangkan jenis tanaman malapari sebagai tanaman asli di Pulau Lembata. Keberhasilan program ini akan ditentukan oleh penggunaan benih unggul dari sumber benih bersertifikat melalui program pemuliaan pohon.

“Strategi pemuliaan pohon malapari yang tepat akan sangat menentukan kecepatan berbunga dan berbuah, peningkatan produktivitas buah, dan kandungan rendemen minyak yang tinggi. Hal ini yang melatarbelakangi kerja sama kami dengan BRIN,” ungkapnya.

Kegiatan kerja sama riset ini bertujuan untuk menyediakan sumber benih unggul malapari bersertifikat di Pulau Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kerja sama dalam memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah (pemprov/pemkab) terkait pengembangan Malapari di NTT.

Acara yang digagas Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan melalui PR BOTER BRIN ini akan melakukan kerja sama dari 2024 sampai 2029, diawali dengan identifikasi potensi jenis. Penunjukan Tegakan Benih (TB), dan pembangunan Kebun Benih Semai (KBS) malapari. Tujuannya untuk menghasilkan benih unggul sebagai materi genetik pada program penanaman malapari di Pulau Lembata dan sekitarnya. (sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author