Mahasiswa UGM Olah Ampas Kopi Jadi Briket Ramah Lingkungan

TechnologyIndonesia.com – Seusai minum secangkir kopi, kebanyakan orang membuang ampas kopi ke tempat sampah. Namun, ditangan lima mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada), ampas kopi yang dikombinasikan dengan limbah tempurung kelapa dan sekam padi berhasil diolah menjadi briket ramah lingkungan dan memiliki panas tahan lama.

Kehadiran briket ramah lingkungan yang diberi nama WastBriq ini sekaligus untuk mengatasi persoalan sampah di masyarakat. Inovasi WastBriq ini lahir dari keprihatinan lima mahasiswa UGM terhadap keberadaan limbah agroindustri yang jumlahnya cukup banyak hingga menjadi persoalan lingkungan di Yogyakarta, termasuk ampas kopi, sekam padi dan tempurung kelapa.

Kelima mahasiswa UGM itu adalah Ruth Lovarensa Juliandiva Azzahra Pasaribu (Kimia), Ghazy Atha Fadlurahman (D4 Pengembangan Produk Agroindustri), Sarah Salsabillah (Kimia), Muhammad Naufal Abdillah (Ilmu Aktuaria), dan J.B. Krisna Arianta (Teknologi Informasi).

Mereka mengkombinasikan ketiga limbah biomassa untuk diolah menjadi briket sebagai energi bahan bakar ramah lingkungan yang sekaligus membantu mengatasi permasalahan limbah, dan mendukung konsep zero waste.

Ruth menyampaikan bahwa dari sejumlah penelitian terdahulu diketahui briket dari ampas kopi bisa menghasilkan emisi gas CO yang lebih sedikit dibanding briket jenis lain karena memiliki kerapatan massa yang rendah sehingga pembakaran terjadi dengan sempurna.

Sementara, tempurung kelapa memiliki nilai kalor yang tinggi dan sekam padi sendiri memiliki efisiensi termal yang tinggi sehingga menyebabkan sekam padi lebih mudah terbakar.

Karena itu, mereka pun tergerak mengembangkan briket berbahan dasar ampas kopi, tempurung kelapa dan sekam padi. Selain mengurangi jumlah sampah atau limbah agroindustri di lingkungan, produk yang dikembangkan juga memiliki keunggulan menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dari batu bara.

“Emisi karbon yang dihasilkan oleh briket berbahan dasar limbah ampas kopi, tempurung kelapa, dan sekam padi lebih kecil dibanding briket berbahan dasar batubara yakni hanya berkisar 600-800 ppm. Sedangkan briket berbahan dasar batubara menghasilkan emisi CO mencapai 2000 ppm,” ungkapnya pada Jum’at, 17 November 2023 di Ruang Fortakgama UGM.

Kelebihan WastBriq ini juga memiliki laju pembakaran yang lambat dan ekonomis karena terbuat dari limbah. Nilai kalor dan laju pembakaran pada briket limbah ini diperkirakan mencapai 5420,59 kkal/kg dan 17,21 g/menit.

Nilai kalor tersebut lebih tinggi dibanding arang kayu yang memiliki nilai kalor berkisar 5000 kkal/kg dan laju pembakarannya lebih rendah dibanding arang kayu yang memiliki laju pembakaran sebesar 33,3 g/menit.

Ia mencontohkan ketika membakar 75 tusuk sate memakai arang kayu, dibutuhkan arang kayu sebanyak 2 kg untuk pembakaran selama satu jam. Sementara saat menggunakan WastBriq hanya dibutuhkan kurang lebih 1 kg selama satu jam bahkan dapat lebih cepat karena nilai kalornya yang lebih tinggi.

“WastBriq ini nilai kalornya tinggi, mudah terbakar, dan nyala api tahan lama. Berbeda dengan produk briket yang dipasaran umumnya tidak mudah terbakar,” terangnya.

Sementara itu, Ghazy mengatakan bahwa WastBriq dikemas dengan komposisi terbaik sesuai kebutuhan pasar melalui serangkaian pengujian produk sehingga mencapai SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang Kayu.

Saat ini produk telah dipasarkan lebih dari 15 restoran di Yogyakarta. WastBriq juga dipasarkan secara ritel ke pedagang kaki lima yang masih menggunakan arang tradisional.

Kehadiran produk tersebut mendapat respons positif dari pedagang karena menawarkan inovasi terbaru briket dengan keunggulan yang ada. Harganya juga terjangkau sehingga dapat menekan biaya operasional yang berpengaruh pada keuntungan konsumen yakni Rp 7.500/Kg.

“Dari sana, kami menginginkan produk kami dapat menjangkau pasar lokal khususnya DIY sehingga target kami sebesar 800 kg dapat didistribusikan kepada para konsumen yang membutuhkan arang agar beralih memakai WastBriq ramah lingkungan guna bersama-sama mendukung gerakan zero waste,” jelasnya.

Sarah menambahkan WastBriq ini telah dilengkapi teknologi terkini dengan sentuhan digital, yakni kode QR. Dengan adanya kode QR bisa untuk mengakses akun sosial media dan kontak pemesanan agar memudahkan pemesanan sehingga sangat berguna dalam menunjang proses pemasaran melalui produk yang telah terdistribusi.

Kehadiran WastBriq menjadi alternatif penggunaan briket arang yang tidak hanya ramah lingkungan sekaligus mengatasi persoalan sampah di masyarakat. Produk inovatif ini juga berhasil lolos ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2023 di Universitas Padjadjaran, Bandung akhir November ini. (Foto: Donnie)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author