BPPT Dukung Pengembangan Teknologi di PT Pembangkitan Jawa-Bali

alt

Jakarta, Technology-Indonesia.com –  Dewasa ini, PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) menghadapi berbagai tantangan, khususnya dalam hal penyediaan bahan bakar, menjaga konsistensi kinerja pembangkit, dan isu lingkungan. Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak dan gas dalam pengoperasian pembangkit juga menjadi masalah bagi PLTU. 
 
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto menyampaikan hal tersebut dalam acara penandatanganan kesepakatan bersama (MoU ) antara BPPT dengan PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) di Jakarta, Jumat (9/3/2018). Melalui kesepakatan ini, BPPT akan melakukan pengkajian dan penerapan teknologi untuk mendukung kegiatan pengembangan teknologi di PJB.
 
Kepala BPPT mengatakan dalam tugasnya melakukan pengkajian dan penerapan teknologi, BPPT memiliki enam peran yaitu kerekayasaan, kliring teknologi, audit teknologi. Difusi teknologi, difusi dan komersialisasi, alih teknologi, dan intermediasi. Dengan sumberdaya yang dimiliki oleh BPPT saat ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penyelesaian permasalahan pembangkit listrik di PT PJB.
 
“Kerjasama ini ditujukan untuk memberi solusi, khususnya kepada pihak PJB, untuk mengurangi biaya bahan bakar pada pengoperasian PLTU,” tuturnya.
 
Unggul mengungkapkan, PLTU sebagai unit usaha pembangkitan, biaya operasional terbesar dialokasikan untuk sumber energi atau bahan bakar. Biaya bahan bakar menjadi faktor yang paling signifikan dalam pengeluaran biaya operasi pembangkit listrik.
 
Data statistik pembangkit nasional mencatat bahwa komponen bahan bakar dapat mencapai rata-rata 77% dari total biaya operasional. Salah satu jenis bahan bakar yang digunakan pada pembangkit adalah Industrial Diesel Oil (IDO). Harga bahan bakar IDO sangat bergantung pada pergerakan harga minyak dunia. Hal tersebut menjadi salah satu komponen yang sulit dikendalikan oleh perusahaan.
 
“Kalau bisa me-reduce biaya bahan bakar akan sangat signifikan mengurangi cost dari pembangkitan,” terang Unggul.
 
Saat ini, BPPT melalui Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain (BTBRD) tengah melakukan pengkajian mengenai teknologi KDV (Katalysch Drucklose Verölung). 
 
Teknologi KDV merupakan teknologi depolimerisasi katalitik dengan tekanan rendah yang mampu mengolah batu bara muda, biomassa, dan limbah plastik menjadi bahan bakar minyak yang memiliki kualitas setara spesifikasi yang dipersyaratkan oleh mesin generator pembangkit listrik. Produk bahan bakar minyak setara minyak solar ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk substitusi bahan bakar eksisting yang relatif berfluktuasi di sisi harga.
 
BPPT merupakan satu-satunya institusi di Indonesia dan kawasan ASEAN yang memiliki fasilitas simulasi pembakaran di boiler (boiler simulator) dalam skala pilot yang dapat memprediksi kinerja pembakaran dalam suatu boiler baik dari sisi karakteristik pembakaran maupun prediksi potensi slagging dan fouling akibat penggunaan batubara yang spesifik. Pengujian ini diharapkan dapat membantu menjaga kinerja boiler dan tentunya mendukung pengamanan boiler PLTU.
 
“Dengan kerjasama nanti akan didapatkan sampel-sampel yang bisa diuji. Kira-kira batubara ini sifatnya bagaimana. Sebelum diujicoba di pembangkit bisa diujicoba di fasilitas tersebut,” pungkasnya.
 
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author