TechnologyIndonesia.id – Dunia kerja masa kini menghadapi tantangan besar akibat perubahan orientasi hidup generasi muda dan meningkatnya tekanan digital. Perubahan besar dalam dunia kerja ini menuntut cara pandang baru terhadap keseimbangan hidup.
Guru Besar bidang Psikologi dan Perilaku Organisasional, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Prof. Drs. Gugup Kismono, M.B.A., Ph.D., menekankan pentingnya menata ulang sistem kerja agar lebih manusiawi, seimbang, dan berkelanjutan.
Dalam pidato pengukuhan berjudul “Menemukan Solusi Menuju Keseimbangan Dunia Kerja dan Kehidupan di Tengah Perubahan Orientasi Hidup Anak Muda,” Gugup menyebutkan meningkatnya ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi di kalangan generasi muda merupakan fenomena yang terjadi di dunia kerja saat ini.
“Salah satu yang paling mencolok adalah meningkatnya ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi di kalangan generasi muda,” jelasnya di Balai Senat UGM pada Kamis (13/10/2025) .
Laporan Microsoft Work Trend Index (2023) mencatat bahwa hampir separuh pekerja muda global (48%) mengalami kelelahan kerja atau burnout akibat tuntutan digital yang tinggi dan batas waktu kerja yang kabur.
Kondisi serupa juga terlihat di Indonesia. Survei Jakpat (2023) menunjukkan lebih dari 60% pekerja muda kesulitan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi karena beban kerja berlebih dan lemahnya dukungan organisasi terhadap fleksibilitas yang sehat.
“Masalahnya bukan pada generasi Z, tetap pada sistem kerja yang belum beradaptasi,” ucapnya.
Gugup menyebutkan fenomena ini menggugah bidang keilmuannya yaitu psychological and organizational behavior untuk meninjau kembali bagaimana motivasi, kesejahteraan psikologis, dan perilaku kerja adaptif perlu menjadi dasar perumusan kebijakan dan budaya organisasi yang lebih manusiawi serta berkelanjutan.
Menurutnya ada tiga alasan utama yang menjadikan telaah ini penting. Pertama, masih ada kesalahpahaman tentang orientasi kerja generasi muda. Kedua, isomorfisme kebijakan fleksibel yang ikut tren. Ketiga, perlunya kebijakan berbasis data atau riset.
Ia menjelaskan, generasi muda kini menempatkan work-life balance setara pentingnya dengan karier dan penghasilan. Data survei JobStreet Indonesia (2023) menunjukkan 78 persen Gen Z memilih keseimbangan hidup di atas gaji tinggi.
Menurutnya, fenomena seperti quiet quitting dan gig economy bukan bentuk kemalasan, tetapi ekspresi dari pencarian hidup yang lebih bermakna. Dalam konteks budaya Indonesia, nilai gotong royong dan harmoni sosial masih kuat, struktur paternalistik, serta budaya sungkan menghambat komunikasi terbuka tentang stres dan kesejahteraan mental.
Gugup menawarkan solusi strategis pada tiga tingkat individu, organisasi, dan sistem. Di tingkat individu, pekerja muda perlu menguatkan acceptance mindset dan kemampuan menetapkan batas digital.
Di tingkat organisasi, pemimpin harus menumbuhkan budaya kerja yang mendukung kesejahteraan psikologis, termasuk menerapkan kebijakan right to disconnect. Sementara di tingkat sistem, negara perlu memperluas perlindungan sosial portabel bagi pekerja lepas dan berbasis platform digital.
Gugup kembali mengingatkan berbagai tantangan memasuki babak baru dunia kerja saat ini dengan gig economy, WFH yang menguji batas, dan gen Z mengingatkan tentang makna kerja sejati.
Namun dari tantangan tersebut terdapat pembelajaran besar yang didapatkan bahwa work-life balance bukan kemewahan, melainkan infrastruktur produktivitas jangka panjang.
“Kita perlu menghindari kesalahan dengan menyalahkan generasi muda atau generasi tertentu. Yang perlu berubah adalah sistem kerja kita,” ucapnya.
Di akhir paparannya ia mengatakan bahwa keseimbangan hidup ibarat dua sayap burung. Dengan dua-duanya kuat, barulah ia dapat terbang tinggi. Demikian pula dengan karier dan kehidupan.
Keduanya harus harmonis agar generasi muda dapat terbang tinggi meraih impian, tanpa kehilangan kebahagiaan dan kesehatan di perjalanannya.
“Menemukan solusi keseimbangan ini bukan hanya demi kenyamanan individu, tetapi juga demi masa depan perusahaan dan bangsa kita. Generasi muda yang sehat, produktif, dan penuh makna akan menjadi motor penggerak Indonesia Maju,” pungkasnya.
Prof. Gugup Kismono Soroti Work Life Balance di Era Gig Economy
