Manfaatkan Limbah Batik, Iman Kahfi Aliza Jalankan Bisnis Sustainable Fashion

TechnologyIndonesia.id – Limbah sering dituding sebagai penyebab pencemaran lingkungan. Namun dari limbah yang tidak bernilai guna ini, Iman Kahfi Aliza, mahasiswa Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM angkatan 84 berhasil mengembangkan bisnis fashion yang sarat akan nilai keberlanjutan.

Khafi memanfaatkan limbah kain batik (perca) menjadi barang bernilai yang tidak hanya stylish tapi juga ramah lingkungan. Melalui brand Cool.ture, ia mengembangkan bisnis fashion berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah kain batik ekspor yang tidak lolos kontrol kualitas.

Khafi juga memberdayakan ibu rumah tangga dalam menjalankan bisnis tersebut. Tak hanya itu, brand yang ia bangun juga menjadi media untuk mengedukasi generasi muda akan pentingnya memperhatikan nilai-nilai keberlanjutan dalam pengembagan bisnis.

Gagasan pengembangan Cool.ture ini berawal merebaknya pandemi Covid-19 pada 2020. Saat itu, kesadaran masyarakat termasuk dirinya untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan mulai meningkat.

Hingga pada 2022 saat mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Ternate, ia bersama timnya membuat program kerja yang berfokus pada konsep Sustainable Development Goals (SDGs). Kala itu ia merupakan mahasiswa tingkat akhir Program Studi Teknolog Informasi Fakultas Teknik UGM.

“Saat itu saya berfikir apa yang bisa dibawa ke Ternate? Hingga saya teringat ada teman bisnis di Solo yang memiliki usaha batik cap yang diekspor dan banyak sekali sisa kain batik yang reject karena lubang, kelunturan, cap tidak merata dan lainnya,” ungkap Khafi.

“Waktu itu saya memutar otak bagaimana memanfaatkan kain sisa ini dengan membuat pakaian tari khas Ternate sebagai bentuk akulturasi budaya berkelanjutan,” imbuhnya

Ide ini merupakan akulturasi dua budaya dengan menggabungkan pakaian tari khas Ternate dengan limbah batik ekspor dari Solo. Program ini juga berkolaborasi dengan ISI Bali dan tricycle.id untuk melakukan perancangan pola baju dan mencari tempat penjahit.

Setelah menyelesaikan studi sarjananya, ia melakukan riset dan perancangan bisnis ramah lingkungan dengan berfokus pada fenomena berkain dan dress code batik di acara konser. Hingga lahirlah produk bisnis Cool.ture yang merupakan gabungan dari kata ‘cool’ dan ‘culture’.

Melalui nama ini, Khafi ingin menunjukkan bahwa budaya Indonesia, khususnya batik dapat menjadi pakaian yang keren dan modern.

Cool.ture juga bertujuan mengedukasi anak muda tentang pentingnya berkontribusi terhadap lingkungan melalui fashion. Melalui setiap penjualan produk disertai dengan thankyou card yang tertulis pesan misi keberlanjutan dan konten sosial medianya, Cool.ture mengajak konsumennya untuk lebih peduli dengan isu-isu lingkungan.

Khafi mengungkapkan ada beragam tantangan yang dihadapi dalam membangun Cool.ture. Utamanya dalam menyebarluaskan nilai-nilai keberlanjutan kepada masyarakat.

Tantangan lain adalah menciptakan desain yang unik dan fungsional dengan memanfaatkan kain sisa tanpa mengorbankan kualitas dan estetika. Selain itu, dalam proses produksi, quality control kain sisa menjadi hal yang sangat penting.

“Kami harus memastikan bahwa kain yang digunakan benar-benar layak dan memotong bagian yang kurang sempurna,” tuturnya.

Produk yang dikembangan berpegang pada jargon “Perfectly limited exclusive for you“, yang berarti setiap produk dibuat dengan pola yang unik dan eksklusif hanya untuk satu orang. Hal ini membuat setiap konsumen merasa spesial karena mereka mengenakan pakaian yang tidak dimiliki orang lain.

Selain itu, Cool.ture juga mengusung jargon #YangMudaYangBerkarya dan #BeSustainable, yang mewadahi Ibu-ibu PKK sebagai tim produksi dan beberapa mahasiswa UGM sebagai pengembang brand untuk turut menyebarkan kesadaran ramah lingkungan dan budaya melalui fashion.

“Bahasa Ternatenya ‘Ua rai nage adi?’. Kalau bukan kita, siapa lagi? Berani untuk memulai, berani untuk menerima tantangan dan risiko karena hasil yang baik terbentuk dari pembelajaran yang datang ketika kita memulai dan melakukan kesalahan,” pungkasnya.

Kisah Khafi melalui Cool.ture membuktikan bahwa anak muda bisa berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan melalui bisnis. Selain itu, cerita Khafi bisa memotivasi lebih banyak mahasiswa untuk berkarya dan berinovasi.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author