BRIN dan ADBI Gelar ACIED 2024 Bahas Strategi Pencapaian Visi Asta Cita dan Indonesia Emas 2045

TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Asian Development Bank Institute (ADBI) menggelar Annual Conference on Indonesian Economic Development (ACIED) 2024, bertema “Escaping the Middle-Income Trap and Reaching Golden Indonesia 2045: Pathways and Policy Options”.

Konferensi tahunan ini berfokus pada penyusunan strategi dan peta jalan pembangunan ekonomi Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan dan peluang penting agar Indonesia dapat menjadi negara berpendapatan tinggi sebelum 100 tahun kemerdekaan.

Strategi dan peta jalan ini kemudian dirumuskan menjadi rekomendasi kebijakan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi Presiden dan Wakil Presiden terpilih, yang akan dilantik pada Oktober 2024. ACIED 2024 ini juga membahas strategi pencapaian visi Asta Cita dan Indonesia Emas 2045.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyatakan, komitmen seluruh periset BRIN untuk terus berkontribusi dengan melakukan penelitian yang dapat menghasilkan inovasi di berbagai bidang, untuk pengembangan ekonomi Indonesia dan meningkatkan daya saing global Indonesia.

“Indonesia memiliki ambisi untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2045. Mencapai tujuan ini, membutuhkan upaya kolektif, kebijakan inovatif, dan komitmen teguh terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,” kata Handoko saat membuka ACIED 2024 di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Selasa (30/7/2024).

“Mari kita gunakan platform konferensi tahunan ini untuk berkolaborasi, berinovasi, dan menetapkan resep ekonomi yang efektif menuju ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan,” tambah Handoko.

Konferensi ini mengundang pejabat level menteri dan berbagai pemangku kepentingan lainnya seperti akademisi, pimpinan perusahaan, LSM, dan media massa dengan jumlah lebih dari 100 pembicara dan peserta dari dalam maupun luar negeri.

Acara yang berlangsung berlangsung selama dua hari, 30-31 Juli 2024 ini, dikemas dalam kegiatan diskusi panel dan policy workshop. ACIED diharapkan menjadi agenda rutin tahunan untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang optimal untuk Pemerintah.

Upaya Indonesia Keluar dari Jebakan Middle Income

Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti sebagai salah satu pembicara pada ACIED 2024 menyampaikan bahwa Indonesia sempat masuk dalam kategori negara sebagai negara upper middle income (pendapatan menengah atas) pada 2019. Namun, krisis Covid-19 pada 2020 membuat Indonesia kembali pada kategori negara lower middle income (pendapatan menengah bawah).

Kendati demikian, resilisensi ekonomi Indonesia membaik, dengan perbandingan pada krisis ekonomi 1998, Indonesia memerlukan empat tahun untuk bisa kembali ke posisi semula. Saat ini, Indonesia hanya memerlukan waktu tiga tahun untuk kembali ke posisi sebelum krisis Covid-19. Kondisi ini membuktikan bahwa makro ekonomi Indonesia baik.

Amalia mengatakan, untuk keluar dari kategori negara low middle income menjadi upper middle income diperlukan transformasi ekonomi yang cukup signifikan.

“Pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen tidak akan cukup untuk membuat Indonesia keluar dari kategori pendapatan saat ini. Untuk itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus lebih cepat dari sebelumnya. Caranya dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai enam persen,” ujarnya.

Ia menambahkan, ini adalah momentum Indonesia untuk bisa mewujudkan target tersebut. Alasannya yaitu bahwa saat ini Indonesia mengalami bonus demografi dan juga memiliki tujuan pembangunan jangka panjang yang dituangkan dalam target Indonesia Emas 2045. Bonus demografi ini adalah modalitas untuk industrialisasi.

Industrialisasi menjadi cara untuk meningkatkan pendapatan Indonesia. Amalia mengatakan bahwa industri manufaktur dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Saat ini Indonesia mengalami permasalahan besar dalam produktivitas. Kontribusi industri manufaktur pada Produk Domestik Bruto (PDB) menurun. Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kembali sektor ini.

“Bagi Indonesia, industri manufaktur sangat penting karena akan menstimulasi munculnya produktivitas dan menciptakan sumber daya manusia yang terampil. Permasalahan Indonesia adalah trend industri ini menurun sebelum kita mencapai kategori upper middle income. Untuk itu, industri ini harus menjadi prioritas jika Indonesia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” ujar Amalia.

Selain industrialisasi, Amalia mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Indonesia juga akan menuju blue economy atau ekonomi berbasis laut. Tujuannya yaitu untuk menciptakan nilai tambah dari sumber daya lautan.

Ia mencontohkan, bahwa banyak hasil laut yang dapat dihilirisasi menjadi produk turunan yang memiliki nilai tinggi. “Contohnya, produk kolagen yang berasal dari teripang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat populer,” kata Amalia.

Pengembangan blue economy ini tentunya akan menciptakan lapangan kerja yang akan mengakibatkan terciptanya pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia. Untuk itu, riset sangat diperlukan untuk pengembangan blue ekonomy. Industri diharapkan dapat mengaplikasikan riset dan mengkomersialiasikannya. Ini akan meningkatkan daya saing industri Indonesia. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author