Faisal Sunarto, S.Si, Menembus Rintangan Demi Tugas

Hujan buatan identik dengan  operasi kegiatan penyemaian awan. Tantangan pekerjaan besar dan beresiko. Bagaimana tidak, jika dalam suatu penerbangan komersial biasa, pilot menghindari awan untuk mencegah turbulensi atau guncangan akibat kondisi udara tidak stabil. Namun, sebaliknya, tim hujan buatan justru menembus awan untuk mengguyur dengan bahan semai agar segera terjadi hujan.

Hal inilah yang dikerjakan tim Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Salah satunya, Faisal Sunarto, S.Si.

Pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini kerap ditugaskan menjadi koordinator lapangan untuk operasi TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca). Beberapa kegiatan TMC di Indonesia dibawah kendali koordinasi Faisal Sunarto dan timnya.  Sebut saja, pengisian waduk di DAS Brantas Malang-Jawa Timur, DAS Citarum Bandung – Jawa Barat, DAS Bakaru Mamuju – Sulawesi,  DAS Riam Kanan Banjarmasin- Kalimantan, dan di DAS Kota Panjang- Pekanbaru.  Bahkan operasi TMC untuk Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.

Pengalaman menegangkan juga pernah dialami pria kelahiran 11 Oktober 1985 ini. “Kami harus landing dengan satu mesin pesawat. Dua kali mengalami kondisi seperti itu,” ujarnya.

Pengalaman lain, Faisal dan timnya harus melaksanakan tugas penyemaian awan selama 7 jam nonstop dikarenakan bandara di Riau tertutup kabut asap saat itu sehingga penerbangan dilakukan dari Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta.   “Kegiatan TMC memang beresiko tinggi namun factor keselamatan tetap diutamakan. Jika ada kegagalan, maka emergency procedur dilakukan sesuai SOP demi keselamatan,” ungkapnya.

 Faisal Sunarto sejak 2016 tercatat sebagai peneliti BBTMC-BPPT. Selain berbekal bidang Meteorology ITB, Faisal juga pernah mengikuti Pusat Pelatihan Regional WMO 2013, Institut Teknologi Nanjing serta Pelatihan Pengamatan Bumi dan Laut JAMSTEC -JSS, Universitas Chiba, Hiroshima University JAPAN pada 2013 lalu.

You May Also Like

More From Author