BNPB Gaungkan Pesan Kesiapsiagaan Lewat Budaya Sadar Bencana ‘Sarpakashakti’

TechnologyIndonesia.id – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggaungkan pesan kesiapsiagaan dalam acara budaya sadar bencana bertema ‘Sarpakashakti’, yang digelar pada Jumat (13/12/2024) di lapangan Siwa, kompleks Candi Prambanan, Sleman, Yogyakarta.

Tema yang diangkat memiliki makna sebagai kuasa alam yang perlu disikapi manusia. Ini tidak terlepas dari ancaman bahaya yang dapat berujung bencana.

Pesan tersebut terus mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap siaga dalam menghadapi setiap ancaman bahaya, seperti banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, gempa bumi, tsunami atau erupsi gunung api.

Budaya sadar bencana ini menyajikan cerita dengan pesan kebencanaan yang dibawakan oleh grup seniman yang dipimpin Den Baguse Ngarso, tarian dari Institut Seni Indonesia (ISI), dan hiburan dari band AASOY dan WAWESI.

Menyikapi potensi bencana, Sekretaris Utama BNPB Rustian mengajak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tantangan dan kondisi alam di Indonesia.

Menurut Rustian, kesiapsiagaan menjadi kunci utama untuk mengurangi risiko bencana. “Kesiapsiagaan bukan hanya soal infrastruktur atau teknologi, tetapi juga bagaimana masyarakat memahami risiko di lingkungannya,”ujarnya.

Rustian menggarisbawahi, perlunya masyarakat memiliki kemampuan untuk merespons dengan cepat dan saling mendukung dalam menghadapi situasi darurat.

BNPB mengangkat acaara bertajuk ‘Sarpakashakti’ untuk mengajak masyarakat luas menanamkan budaya sadar bencana sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, edukasi kebencanaan, latihan evakuasi dan penguatan nilai-nilai kearifan lokal yang telah diwariskan nenek moyang dapat menjadi langkah konkret dalam membangun ketangguhan masyarakat.

Rustian menyerukan dengan kesiapsiagaan yang melekat dalam setiap warga dapat mewujudkan Indonesia yang lebih aman dan tangguh.

Sementara itu, kita mengetahui bersama ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor berpotensi terjadi selama musim hujan. Hal tersebut seperti bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di wilayah Sukabumi dan Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

Di samping itu, perubahan iklim global dapat memperburuk hingga memicu adanya kekuatan dan dampak bencana yang lebih luas.

Data bencana alam dari awal tahun hingga 13 Desember 2024 tercatat total bencana berjumlah 1.942 kejadian. Dari total jumlah tersebut, banjir mendominasi dengan 976 kejadian, cuaca ekstrem 420, kebakaran hutan dan lahan 336, tanah longsor 120, kekeringan 54, gempa bumi 18, gelombang pasang dan abrasi 13 serta erupsi gunung api 5.

Kejadian bencana ini menyebabkan lebih dari 5 juta warga menderita dan mengungsi, sedangkan korban jiwa tercatat 469 jiwa, hilang 58 dan luka-luka lebih dari seribu jiwa.

Pada kesempatan itu, BNPB secara simbolis menyerahkan bantuan dana siap pakai kepada BPBD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Bantuan ini diberikan untuk merespons status siaga darurat terhadap bahaya hidrometeorologi basah.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author