Jakarta, Technology-Indonesia.com – Hujan deras selama berjam-jam terjadi di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Madiun yang meliputi Kabupaten Ponorogo, wilayah Kabupaten Trenggalek bagian barat dan Kabupaten Pacitan bagian utara. Peningkatan curah hujan itu memicu terjadinya peningkatan elevasi di sepanjang aliran sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Madiun hingga bertemu dengan Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Ngawi.
Peningkatan tinggi muka air itu disampaikan oleh pihak petugas pintu air Sekayu di Kabupaten Ponorogo dan DAM Jati di Kabupaten Madiun kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi. Dari laporan itu, status waspada banjir dikeluarkan dan dipastikan potensi banjir luapan di wilayah hilir akan terjadi dalam waktu tak kurang dari tiga jam.
Pada waktu yang bersamaan, DAS Bengawan Solo juga mengalami kenaikan elevasi setelah terjadi hujan dengan intensitas tinggi di DAM Waduk Gajahmungkur. Bendungan yang menjadi hulu sungai Bengawan Solo itu kemudian dibuka untuk mengurangi ambang batas debit air yang terus meningkat seiring dengan tingginya curah hujan di wilayah itu.
Informasi mengenai status kritis itu kemudian disebar ke seluruh BPBD yang berada di wilayah DAS Bengawan Solo, termasuk Kabupateb Ngawi. Menerima informasi peringatan dini peningkatan status waspada banjir dari dua DAS itu, BPBD Kabupaten Ngawi segera meneruskannya ke beberapa desa yang paling rawan dan berpotensi terdampak.
Di lokasi yang berbeda, sebuah pesan peringatan dini dari BPBD Kabupaten Ngawi diterima Juwadi, Kepala Desa Waruk Kalong, Kecamatan Kwadungan, melalui radio satelit. Mendapat informasi itu, Juwadi menghubungi seluruh perangkat Desa Tangguh Bencana (Destana) untuk segera menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanggap darurat bencana.
Dengan sigap, seluruh anggota tim Destana Waruk Kalong berkumpul di Kantor Kepala Desa Waruk Kalong untuk segera membentuk formasi. Setelah semua siap, maka seluruh tim segera mengambil posisi masing-masing. Ada yang membantu Kepala Desa mengatur pola strategi evakuasi masyarakat, ada yang menyiapkan tempat evakuasi, mengaktifkan posko kesehatan dan dapur umum, mendirikan sarana prasarana mandi cuci kakus (MCK), sanitasi air bersih, hingga perihal kebutuhan dasar lainnya.
Dalam waktu tak kurang dari dua jam, seluruh warga yang tinggal di wilayah paling rawan terdampak banjir telah berkumpul di Kantor Kepala Desa Waruk Kalong. Pemerintah Desa Waruk Kalong dibantu BPBD Kabupaten Ngawi, Babinsa, Bhabinkamtibmas, tim kesehatan, perangkat pemerintah Kecamatan Kwadungan dan relawan terkait berhasil mengevakuasi para warga khususnya kelompok rentan dalam keadaan selamat.
Narasi di atas merupakan bagian dari rangkaian skenario simulasi mandiri masyarakat yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) tahun 2023. Sebanyak 100 orang warga Desa Waruk Kalong, Desa Tirak, Desa Karangsono dan Desa Dinden di Kecamatan Kwadungan, turut mengikuti seluruh rangkaian proses simulasi evakuasi mandiri HKB tahun 2023 yang diinisiasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama BPBD Kabupaten Ngawi dan seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Ngawi.
Ke empat desa itu dipilih menjadi lokasi HKB 2023 Ngawi karena memang berada di wilayah yang paling rawan terhadap risiko bencana banjir luapan. Selain berdampingan langsung dengan sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun, wilayah Kecamatan Kwadungan juga memiliki tiga anak sungai yang sering kali memperburuk kondisi banjir apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Di samping memiliki tingkat kerawanan yang tinggi, sebanyak 14 desa yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Kwadungan telah terbentuk 11 Destana, termasuk keempat desa tersebut. Kabupaten Ngawi sendiri telah terbentuk 39 Destana dan 26 di antara ada di wilayah rawan banjir.
Menurut Kepala Desa Waruk Kalong, Juwadi, hampir seluruh wilayah Kecamatan Kwadungan memang sering terjadi banjir setiap tahun pada musim penghujan. Juwadi mengatakan, banjir luapan itu bisa berlangsung selama 5 sampai 7 hari. Apabila banjir luapan terjadi, maka pertanian menjadi sektor yang paling terdampak dan menyebabkan kerugian para perani akibat gagal panen.
Di sisi lain, banjir juga kerap menyebabkan segala aktivitas masyarakat lumpuh, roda perekonomian tidak berputar, kegiatan belajar mengajar terhenti, infrastruktur rusak hingga tidak jarang juga menimbulkan korban jiwa.
“Hampir setiap tahun terjadi banjir luapan pada saat musim hujan. Durasi banjir antara 5-7 hari,” ungkap Juwadi.
Hidup Berdampingan dengan Bengawan Solo
Kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat secara nasional pada tahun ini mengambil tema “Meningkatkan Keberlangsungan Ketangguhan Desa di Kawasan Risiko Bencana”.
Adapun lokasi pelaksanaan HKB tahun ini berada di tujuh wilayah kabupaten yang dilewati DAS Bengawan Solo, meliputi Kabupaten Sragen dan Blora di Jawa Tengah dan Kabupaten Ngawi, Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lamongan serta Kabupaten Gresik di Jawa Timur.
Total masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ini ada sebanyak 2.950 jiwa atau sekitar 1.475 KK. Mereka yang turut serta dalam kegiatan ini merupakan masyarakat yang berpuluh tahun hidup berdampingan dengan Bengawan Solo, maupun pendatang baru.
Bengawan Solo sendiri menjadi fokus utama giat HKB tahun 2023 mengingat sungai terpanjang di Pulau Jawa itu memiliki potensi risiko bencana dibalik sejuta manfaatnya. Bengawan Solo seolah telah menjadi urat nadi bagi masyarakat di sepanjang alirannya. Dengan adanya Bengawan Solo, seluruh kebutuhan hidup masyarakat dan penghidupannya dapat terpenuhi. Akan tetapi, di balik seluruh manfaatnya itu, Bengawan Solo memiliki potensi risiko bencananya.
Melalui HKB ini, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M., menaruh harapan besar agar kesiapsiagaan seluruh masyarakat di sepanjang aliran sungai, khususnya yang berada di DAS Bengawan Solo dapat ditingkatkan sehingga dampak bencana ke depannya dapat diminimalisir.
“Masyarakat sungai khususnya di sepanjang aliran Bengawan Solo mudah-mudahan ketika banjir di tahun-tahun depan karena kesiapsiagaan masyarakat sudah meningkat dampak bencana banjir yang kemungkinan terjadi di masa depan ini, minimal korban nya bisa diminimalkan,” ucap Suharyanto, Selasa (16/5/2023)
Sebelumnya, Suharyanto juga mengingatkan kembali bahwa seluruh simulasi dan edukasi kesiapsiagaan bencana ini merupakan bekal selama hidup yang harus dilestarikan kepada generasi penerus. Karena itu, Suharyanto meminta agar giat simulasi seperti ini harus dilakukan setiap tahunnya, mengingat bencana adalah kejadian yang berulang.
“Saya juga ingin mengingatkan kembali pada kita semua, bahwa edukasi, sosialisasi, pelatihan dan simulasi kesiapsiagaan bukanlah pelajaran sekali dalam seumur hidup tetapi pembelajaran dan upaya seumur hidup,” kata Suharyanto.
“Untuk itu kita harus memastikan bahwa kegiatan-kegiatan ini harus dilakukan setiap tahun, karena dengan berlatih kita akan lebih siap, dengan lebih siap kita akan mampu mengurangi resiko bencana,” imbuhnya.
Di samping giat simulasi, rangkaian gelaran HKB tahun 2023 ini juga diawali dengan Sarasehan Masyarakat Sungai, penanaman pohon sebagai mitigasi bencana berbasis ekologi, peluncuran video pembelajaran desa tangguh bencana dan panduan rencana kontijensi berbasis anak, peluncuran buku masyarakat bertutur serta ditutup dengan hiburan rakyat yang diselenggarakan di Kabupaten Lamongan, sebagai acara puncak HKB tahun 2023.