SIJAGAT-BPPT Menyasar Tingkat Kerentanan Gedung Bertingkat

Jakarta :  Sistem Kaji Cepat Resiko Gempa Bumi Gedung Bertingkat (SIJAGAT-BPPT) dapat menghasilkan pemetaan kerentanan gedung-gedung bertingkat. BPPT juga sudah menyiapkan teknologi kebencanaan lainnya dari pencegahan hingga tanggap darurat. .

SIJAGAT saat ini  telah diujicobakan di lima gedung bertingkat milik pemerintah di Jakarta. Dua gedung diantaranya, yaitu gedung BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang terletak di Jln MH Thamrin Jakarta.

“Kaji cepat sebaiknya segera dilakukan di seluruh gedung bertingkat di DKI Jakarta, sehingga kami bisa membangun sistem dengan memperhitungkan dimensi gedung sehingga dapat diperoleh data kerentanannya,” ujar Harris, Perekayasa Utama Pusat Teknologi Reduksi Resiko Bencana BPPT disela Workshop Kesiapan Kota-kota Besar Menghadapi Gempa Bumi di Jakarta hari ini (27/9/2018).

SiJAGAT, lanjut Harris, dapat dilaksanakan dalam dua tahap melalui kaji cepat yang hanya memerlukan waktu 12 jam, dan kajian detail yang memerlukan waktu 1-2 minggu. “Tahapannya bisa dilakukan secara simultan, dengan kajian cepat terhadap beberapa gedung dalam waktu yang singkat. Data akan dimasukan dalam database dan Pemda DKI  bisa peroleh gambaran gedung-gedung mana saja yang perlu perhatian,” ujarnya.

Teknologi SIJAGAT, lanjut Harris, menerapkan pengukuran dilapangan diantaranya dengan memperhitungkan dimensi lebar kolom dan jarak antar kolom. Data lainnya, jumlah lantai, bentuk gedung, fungsi dan tahun desain gedung tersebut. Terumasuk pengukuran pada baja tulangan, rasio luas baja tulangan terhadap luas beton dan tebal selimut beton menggunakan alat profometer.

Selanjutnya, dilakukan analisis data dengan memperhitungkan prosentase setiap data yang diperoleh digabungkan dengan data asumsi yang dibuat. “Hasil perkalian prosentase dari tiap data menjadi nilai ketahanan gempa suatu gedung. Sedangkan nilai kerentanan gempa adalah nilai 100 persen dikurangi nilai ketahanan gempa,” papar Harris. Menurut dia, teknologi ini mampu menjadi solusi pemetaan tingkat kerentanan gedung bertingkat untuk antisipasi gempa.

Menurut Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT, Hammam Riza, teknologi SIJAGAT sudah masuk proyek percontohan dan tengah diupyakan hilirisasi dengan menggndeng pihak industri untuk pengembangan lebih lanjut. “Tapi BPPT tetap terbuka jika ada permintaan untuk dilakukan implementasi teknologi ini,” ujarnya.

Eko Widi Santoso, Direktur Pusat Teknologi Reduksi Resiko Bencana BPPT menambahkan selain SIJAGAT, BPPT juga memiliki inovasi SIKUAT (Sistem Informasi Kesehatan Struktur Gedung Bertingkat) yang bisa dipasang untuk mengukur kekuatan gedung pasca gempa.  “BPPT merancang teknologi kebencanaan guna mereduksi korban jiwa dan kerusakan akibat gempa bumi,” ujarnya.

Beberapa teknologi lainnya, lanjut Eko yaitu sistim deteksi dan peringatan dini gempa dan tsunami melalui teknologi cabie base tsunami meter yaitu  teknologi dapat memberikan informasi gempa bumi dengan lebih cepat dan akurat, serta mampu mendeteksi adanya tsunami.

Rumah komposit polimer tahan gempa yang menekankan kepada kekuatan bangunan melalui teknologi Polimer dan kecepatan pembangunan. Polintek (anti seismic polymer technology) yang dikembangkan melalui mitra BPPT, yaitu  PT. Darta di bidang polimer, sebagai bahan tahan goncangan (anti  seismic).

Teknologi non structure rapid assessment, yaitu teknologi berbasis mobile yang merupakan sistim penilaian bagi kesiapan sebuah gedung dalam memberikan keselamatan kepada orang-orang yang berada di dalamnya. Rapid timer, kolaborasi BPPT dengan Panasonic Gobel Indonesia bagi pemetaan cepat pasca gempa bumi dengan menggunakan teknologi mobile BTS. Juga pada kondisi tanggap darurat dikembangkan  biskuit Neo (biskuit tahan lapar) dan Arsinum (air siap minum).

You May Also Like

More From Author