Tangerang Selatan, Technology-Indonesia.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil menciptakan Bale Kohana, inovasi teknologi rumah komposit tahan gempa dengan desain material dan struktur untuk diaplikasikan di daerah rawan bencana. Rumah tipe 36 ini terbuat berbagai material khususnya material komposit polimer yang memiliki sifat ringan dan tahan api.
Kepala BPPT, Hammam Riza mengatakan sebagian besar wilayah Indonesia masuk ke dalam jalur cincin api (ring of fire) sehingga berpotensi terjadinya bencana alam. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada periode 2000 hingga 2018, tercatat telah terjadi sekitar 228 kali gempa bumi, dengan jumlah korban 8.747 orang meninggal dunia. Gempa tersebut juga mengakibatkan tingkat kerusakan bangunan rumah sebesar 483.951 unit (rusak berat), 15.282 unit (rusak sedang) dan 694.253 unit (rusak ringan).
“Kejadian ini menyadarkan kita bahwa banyak hal yang harus kita lakukan di dalam teknologi kebencanaan. Karena itu, BPPT mengusung flagship teknologi kebencanaan. Kita harus semakin siap karena Indonesia ingin menjadi negara yang tangguh menghadapi bencana,” tutur Hammam saat peluncuran perdana bangunan Bale Kohana yang dibangun oleh Pusat Teknologi Material BPPT, di Puspiptek, Tangerang Selatan pada Rabu (22/5/2019).
Berbagai bencana yang terjadi, lanjutnya, membuat pemerintah melakukan berbagai proses mitigasi bencana, penanganan masalah pengungsi dan setelah bencana terjadi. Kerugian diakibatkan bencana, salah satunya adalah kerusakan bangunan. Karena itu kebutuhan akan hunian yang aman saat bencana terjadi masih sangat besar.
“BPPT memandang diperlukan adanya suatu inovasi teknologi bangunan rumah tahan gempa yang meliputi desain, konstruksi, material, pengujian struktur untuk menghasilkan bangunan tahan gempa,” terang Hammam.
Kurangnya kesadaran masyarakat di daerah rawan bencana gempa, untuk membangun rumah/gedung dengan material dan komponen struktur serta teknik ketahanan terhadap gempa mendorong Pusat Teknologi Material BPPT untuk melakukan desain dan pengembangan bangunan rumah komposit dengan konsep cepat bangun sejak 2016.
“Ini merupakan salah satu upaya BPPT dalam memberikan solusi teknologi yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pencegahan, penanganan, dan pemulihan korban akibat bencana gempa bumi,” lanjutnya.
Saat ini, kegiatan di Pusat Teknologi Material dan Balai Teknologi Polimer BPPT yang telah ditetapkan sebagai PUI (Pusat Unggulan Iptek) Komposit Polimer pada 2018, berhasil menciptakan rumah komposit tahan gempa dan tahan api dengan tipe 36. Rumah komposit tersebut terbuat dari berbagai bahan material, khususnya material komposit polimer.
Berbagai material yang memiliki sifat tahan api (flame retardant) ini cukup ringan seperti panel FRP, Non Metal, Styrofoam, aluminium sehingga total berat struktur rumah komposit dapat mencapai seperempat kali dibandingkan berat struktur rumah konvensional.
Bale Kohana yang didesain dengan konstruksi modular, pre-assembly, dan sistem join interlock ini dapat dibangun dengan waktu relatif singkat. Rumah ini juga telah menjalani simulasi komputasi untuk prediksi ketahanan gempa hingga 7 SR. Selain itu, material bangunan dapat diangkut dengan cukup ringan melalui jalur darat, laut, atau udara ke lokasi yang membutuhkan.
Hammam mengungkapkan, dalam penyediaan komponen bangunan prototipe pertama Bale Kohana ini, BPPT didukung oleh mitra industri dalam hal ini PT. Bondor Indonesia dan PT. Tata Logam Lestari. Kerjasama ini merupakan upaya BPPT untuk mempercepat terwujudnya inovasi konstruksi bangunan tahan gempa dan tahan api.
Lebih lanjut, Hammam berharap program ini dapat mendukung salah satu dari 25 Program Prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah 2020 yaitu penguatan infrastruktur kawasan tertinggal dan ketahanan Bencana yang ditetapkan Kementerian PPN/Bappenas saat Musrenbangnas 2019.
Dalam menjawab tantangan pemerintah akan kebutuhan rumah tahan gempa, BPPT telah mempersiapkan usulan program Flagship Prioritas Riset Nasional 2020-2024 tentang Teknologi Struktur Bangunan Tahan Gempa, Tahan Api, dan Cepat Bangun.
“Saya sangat berharap semoga Program Flagship Pengembangan Bangunan Tahan Gempa yang diperkuat dengan sinergi kerjasama dengan berbagai pihak dapat segera membuahkan impact terwujudnya inovasi bangunan rumah tahan gempa yang cepat bangun, tahan api dengan harga terjangkau sebagai karya anak bangsa yang dapat berguna dan dinikmati oleh masyarakat luas,” pungkasnya.