Bantu Mitigasi Bencana, Peneliti BRIN Kenalkan Kamajaya Pada Relawan BPBD Garut

Technology-Indonesia.com – Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengenalkan teknologi Kajian Awal Musim Jangka Madya Wilayah Indonesia (DSS Kamajaya) kepada relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Garut. Penggunaan inovasi ini dapat membantu relawan sebagai garda terdepan dalam pengambilan keputusan terkait mitigasi bencana.

“Walaupun daerah Jawa Barat, khususnya Garut Selatan, telah memasuki awal musim kemarau, namun tetap ada hujan di bulan Agustus. Bahkan, pada 26 hingga 31 Agustus, diprediksi akan terjadi hujan dengan intensitas lebih dari 200 mm per jam,” ungkap Erma pada rangkaian Pelatihan Relawan Penanggulangan Bencana, di Garut, Kamis (27/7/2023).

Erma juga menyampaikan materi bimbingan penggunaan website Sistem Pemantau Hujan (SANTANU) dan GNSS for Atmospheric Observation and Tracking Climate Change (GATOTKACA) untuk mengetahui pergerakan dan pola hujan, sehingga dapat melihat potensi banjir yang akan terjadi.

Relawan BPBD juga diberikan pengetahuan untuk memprediksi cuaca enam jam ke depan, dengan melihat kondisi awan di pagi hari. Jika awan yang terbentuk cumulonimbus, terangnya, maka akan terjadi badai.

“Kondisi cuaca dapat diprediksi dengan melihat awan di pagi hari. Ilmu ini bukan hanya awangan semata, tapi didasarkan pada ilmu meteorologi,” ungkap Erma.

Prediksi juga dapat dilakukan dengan merasakan suhu di pagi hari. Jika terasa panas dari biasanya, maka akan terjadi hujan di sore harinya, begitu juga sebaliknya.

Selain itu, prediksi musim juga dapat dirasakan dari hembusan angin. Jika berhembus dari laut ke darat, maka akan terjadi musim kemarau, karena angin dari laut membawa udara kering yang berasal dari daratan Australia.

Dirinya menegaskan, pemahaman mengenai iklim dan atmosfer sangat dibutuhkan, dalam upaya kesadaran akan peringatan dini bencana, mitigasi, dan adaptasi perubahan iklim. Indonesia berada di wilayah benua-maritim ekuator dengan dinamika iklim dan atmosfer yang kompleks di dunia dan rentan terhadap bencana hidro-meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, serta dampak perubahan iklim.

Menurut Erma, kegiatan pengenalan hasil penelitian terkait potensi bencana Garut wilayah selatan ini penting pagi para peserta. Terlebih, para peserta merupakan relawan penanggulangan bencana dari beberapa organisasi kemanusiaan dan perwakilan dari desa-desa yang berada di Garut bagian Selatan.

Dia berharap, setelah mendapatkan informasi terkait cara memprediksi cuaca yang akan terjadi, para relawan dapat mengantisipasi bencana yang akan terjadi di sekitarnya, setelah mengetahui hal-hal yang berkaitan erat dengan prediksi cuaca dan iklim ekstrim.

“Terdapat salah satu relawan yang dulunya seorang nelayan di Cicula-Garut yang mengalami trauma karena saat dia menangkap ikan di laut, terjadi badai. Hingga saat ini, dia belum berani melaut kembali dengan dalih untuk keselamatan,” ungkapnya.

Kegiatan ini digelar BPBD Kabupaten Garut melalui Bidang Kebencanaan dan Kesiapsiagaan, subkegiatan Pelatihan Pencegahan dan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Tahun Anggaran 2023. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author