Teknologi SHMS, Solusi Cerdas Pantau Kesehatan Struktur Jembatan Kereta Api

TechnologyIndonesia.id – Jaringan rel dan jembatan kereta api di Indonesia yang sudah tua dan tersebar luas menghadapi tantangan besar dalam perawatannya. Setiap hari, jembatan menahan beban berat dan cuaca ekstrem, sehingga rawan rusak mendadak.

Dalam dunia konstruksi dan infrastruktur, kerusakan kecil yang tidak terdeteksi kerap menjadi penyebab terjadinya bencana besar.

Menjawab tantangan tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Transportasi (PRTT) mengembangkan metode Structural Health Monitoring System (SHMS), yaitu sistem cerdas untuk mendeteksi, memantau, dan menganalisis kondisi struktur jembatan kereta api secara real-time.

Perekayasa Ahli Pertama PRTT, Willy Barasa menjelaskan secara spesifik, metode SHMS mencakup penggunaan berbagai sensor, seperti strain gauge untuk mengukur tegangan pada material baja jembatan, Linear Variable Displacement Transducer (LVDT) untuk memantau besar lendutan, accelerometer untuk mendeteksi tingkat getaran, serta proximeter, instrument node, dan master node.

“Sistem ini juga dilengkapi teknologi berbasis energi baru dan terbarukan, yaitu penggunaan panel surya sebagai sumber energi,” ujar Willy dalam acara Kelas Periset BRIN edisi ke-4 pada Rabu (25/6/2025).

Data yang telah diakuisisi melalui sensor kemudian diolah dengan menggunakan metode twinning dan Building Information Modelling (BIM) untuk mengidentifikasi jembatan berdasarkan properti materialnya, serta membandingkannya dengan ketentuan atau spesifikasi standar keamanan.

Selain data akuisisi, BRIN juga mengembangkan dashboard SHMS yang terhubung secara real time ke server mandiri, sehingga identifikasi dan penanganan kerusakan pada jembatan dapat dilakukan dengan cepat.

SHMS yang dikembangkan oleh PRTT BRIN telah diterapkan pada Jembatan BH 340 di Rangkasbitung. Saat ini, Jembatan BH 340 merupakan infrastruktur vital yang menghubungkan jalur kereta api di wilayah Provinsi Banten, dengan fungsi angkutan penumpang serta barang, seperti batu bara dan logistik lainnya.

Sementara itu, Perekayasa Ahli Pertama PRTT, Ikhwanul Ihsan, menyatakan bahwa berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah kereta yang melewati jalur BH 340 terus meningkat setiap tahun, sehingga sistem pemantauan kesehatan struktur pada jembatan tersebut menjadi penting untuk memastikan kelayakan jembatan dilalui berbagai jenis angkutan kereta api.

Ke depannya, BRIN akan terus berupaya mengembangkan SHMS yang lebih handal dengan berbagai penyempurnaan, termasuk penggunaan kecerdasan buatan serta internet of things (IoT).

“Kami sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan guna menghasilkan kontribusi nyata bagi pengembangan infrastruktur kereta api nasional,” ujar Ihsan.

Selain memastikan kelayakan jembatan secara teknis, SHMS juga memungkinkan efisiensi anggaran karena PT. KAI sebagai operator kereta api dapat mengalokasikan anggaran pemeliharaan secara lebih tepat sasaran dan hemat biaya. (Sumber: brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author