Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kendaraan angkutan barang seperti truk atau pick-up seringkali mengangkut muatan yang melebihi kapasitas kendaraan atau disebut Over Dimension and Over Load (ODOL). Hal ini bisa mengakibatkan rusaknya fasilitas jalan, memicu kecelakaan, dan meningkatkan risiko kerusakan pada kendaraan seperti ban pecah dan rem blong.
Dikutip dari CNBC Indonesia, PT Jasa Marga Tbk pernah mengalami kerugian hingga Rp 1,5 triliun pada 2017 akibat kendaraan ODOL. Salah satu kerugian terbesar yang dialami, yaitu untuk rekonstruksi jalan sebesar 60%. Tidak hanya Jasa Marga, beberapa perusahaan lain juga pernah mengalami kerugian. Bahkan jika dihitung, negara dapat mengalami kerugian hingga Rp 43 triliun setiap tahunnya.
Menindaklanjuti hal tersebut, KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait seperti Sekretariat Kabinet yag diharapkan dapat mendorong terbitnya peraturan presiden mengenai kebijakan toleransi kendaraan ODOL di Indonesia.
Selain itu, para pelaku industri diharapkan mempersiapkan produksi angkutan truk untuk mengimbangi jumlah muatan yang diangkut dan perlu adanya pengukuran dan pengecekan secara detail untuk mengurangi hal-hal tersebut terjadi.
Menjawab keresahan para pelaku industri maupun masyarakat, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan menerapkan kebijakan Zero ODOL pada Januari 2023. Upaya pemerintah membangun Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) ternyata belum mampu mengoptimalkan Zero ODOL di Indonesia.
UPPKB atau jembatan timbang yang dioperasikan oleh tenaga manusia, masih memberikan celah untuk melakukan kecurangan. Penimbangan yang tidak sesuai aturan dan perhitungan dimensi kendaraan hingga data administrasi, akan sangat mudah dimanipulasi.
Hal inilah yang mendasari Alwy Herfian S, selaku CEO Widya Matador, menghadirkan inovasi jembatan timbangan berbasis IoT (Internet of Things). Widya Matador, salah satu perusahaan teknologi di Yogyakarta, memberikan solusi sistem otomatisasi pada jembatan timbang, yakni Smart Weigh-Bridge Automation.
Teknologi ini mampu menyusun suatu sistem untuk mengotomatisasikan sistem pengukuran berat kendaraan tanpa operator, sehingga meminimalisir adanya kecurangan yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab.
“Teknologi Smart Weigh-Bridge Automation ini diciptakan karena kami melihat kendaraan yang membawa muatan overloading, masih bisa lolos untuk beroperasi meskipun sudah diwajibkan untuk melakukan pengukuran,” tutur Alwy melalui keterangan tertulisnya pada Kamis (15/12/2022).
.
Kendaraan yang membawa muatan overloading, lanjutnya, tidak hanya memicu kecelakaan namun juga membuat jalanan cepat mengalami kerusakan.
“Lalu kondisi di lapangan masih banyak armada angkut yang melakukan pelanggaran saat menimbang muatan dengan pelanggaran administrasi armada yang sering mengenyampingkan dokumen, sehingga ditemukan administrasi yang janggal dan tidak sesuai” ungkap Alwy.
Banyak kecanggihan dan kemudahan yang ditawarkan oleh Smart Weigh-Bridge Automation. Jembatan timbang yang sudah dilengkapi dengan kecanggihan IoT oleh Widya Matador ini, dilengkapi dengan LED Indicator yang memiliki fungsi untuk menandai driver saat melakukan aktivitas penimbangan.
Jembatan ini juga dilengkapi barcode scanning yang mampu men-screening data kendaraan hingga asal kendaraan. Dashboard analitik juga dapat diakses melalui website dan dipasang pada Windows & Linux.
Menurut Alwy, Smart Weigh-Bridge Automation, dapat melakukan input data angkutan, deskripsi produk angkutan, berat muatan dan tanpa muatan ini dapat diintegrasikan dengan ERP melalui dashboard reporting.
“Pengawasan keamanan semakin lebih jauh terjamin, efektifitas pekerjaan dengan waktu lebih cepat, dan meminimalisir terjadinya kecurangan saat penimbangan, jadi harapannya bisa support Zero ODOL tahun depan,” pungkas Alwy.
Antisipasi Kendaraan ODOL, Widya Matador Hadirkan Sistem Otomatisasi Jembatan Timbang
