Jembatan Lengkung Panjang LRT Kalahkan Desain Konsultan Asing

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Arvilla Delitriana, lulusan teknik sipil Institut Teknologi Bandung berhasil merancang desain jembatan lengkung panjang (longspan) Light Rail Transit (LRT) Kuningan sepanjang 148 meter. Desain jembatan lengkung ini mengalahkan tiga metode konstruksi bentang panjang yang diusulkan perancang dari Perancis.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang P. S Brodjonegoro mengapresiasi dan mendukung Inovasi teknologi longspan LRT Kuningan hasil karya Arvilla Delitriana atau biasa dipanggil Dina yang berdampak langsung pada masyarakat. Hal ini membuktikan kemampuan Indonesia di tengah urgensi pembangunan infrastruktur.

“Ibu Dina selaku inovator yang merupakan seorang ahli jembatan dari Fakultas Teknik Sipil ITB menemukan desain jembatan lengkung untuk LRT yang pas untuk menyelesaikan permasalahan perlintasan di atas perempatan kuningan yang memiliki kerumitan struktur,” jelas Menteri Bambang pada Jumpa Pers di Jakarta (6/1/2020).

Perempatan kuningan memiliki arus lalu lintas yang ramai dan sibuk dengan beberapa struktur seperti jalan tol lingkar dalam, flyover jalur arteri, hingga underpass. “Dengan keruwetan tersebut, Ibu Dina berhasil menemukan cara untuk LRT Jabodetabek agar dari sisi Jalan Gatot Subroto bisa masuk ke jalan Rasuna Said tanpa menambah kolom di tengah perempatan tersebut,” lanjutnya.

Bentangan LRT yang sifatnya lengkung tersebut panjangnya sekitar 148 meter merupakan yang terpanjang di Indonesia. Supervisor konsultan projek ini dari Jepang menyetujui bahkan mengapresiasi inovasi tersebut. Desain tersebut sudah dicek dan disertifikasi Komite Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan dari Kementerian PUPR dan telah disetujui konsultan internasional untuk pembuatan lintasan LRT.

Bambang mengaku konsultan Jepang selaku supervisor proyek ini yang tadinya ragu, namun kemudian menyetujui dan memberikan apresiasi. Inovasi ini, lanjutnya, mengalahkan tiga metode konstruksi bentang panjang yang diusulkan oleh perancang dari Perancis. Ketiga metode itu dianggap sulit karena harus menambah tiang penyangga di tengah jembatan.

Arvilla Delitriana mengatakan bahwa awalnya ada tiga alternatif yang ditawarkan konsultan internasional pada PT Adhi Karya sebagai sebagai kontraktor proyek LRT Jabodetabek. Namun Adhi Karya belum cukup yakin bahwa desain tersebut bisa dilaksanakan, sehingga meminta Dina untuk memberikan usulan lain.

Usulan dari konsultan asing sangat sukar diimplementasikan karena salah satu usulan ada yang membutuhkan lahan sangat luas, usulan lainnya harus dengan membangun kolom tambahan yang jika dilihat dari segi konstruksi sangat berisiko.

“Kalau kita menggunakan usulan yang diberikan konsultan asing tersebut, akan banyak masalah dalam pelaksanaannya. Sehingga saya mengusulkan suatu struktur yang ternyata paling panjang di Indonesia untuk struktur lengkung,” terangnya.

Dina mengatakan jembatan lengkung panjang merupakan inovasi dari jembatan-jembatan yang sebelumnya sudah pernah ia kerjakan. Proses pembangunan longspan, lanjutnya, memang harus dilakukan super hati-hati, sebab di bawahnya terdapat beberapa ruas jalan termasuk jalan tol.

“Jembatan ini lokasinya paling sulit dan tantangannya paling besar. Saya mengusulkan suatu struktur yang paling panjang untuk struktur lengkung. Berkat kerjasama dan kepercayaan dari Adhikarya bahwa kami bisa mendesain sehingga PT. Adhikarya bisa melaksanakan dengan baik,” ujarnya.

Dia mengakui banyak tantangan yang dihadapinya saat mendesain jembatan lengkung ini. Terutama dari segi keamanan baik secara struktur dan pelaksanaan. Sebab LRT mempunyai ketentuan-ketentuan yang sangat ketat, sementara peraturan-peraturan secara resmi belum ada. Akhirnya, pihaknya mengacu pada peraturan-peraturan LRT yang ada di Jepang dan Perancis.

Tantangan lainnya, ada pada di pilar P-205 di Kuningan yang masuk ke dalam underpass, sehingga kakinya lebih panjang daripada pilar P-203 di Jalan Gatot Subroto. “Saya mengibaratkan ada orang dengan dua kaki yang tingginya tidak sama. Itu cukup sulit karena ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan,” terangnya.

Karena Jakarta termasuk daerah rawan gempa, dalam mendesain kontruksi jembatan layang, Dina telah mempertimbangkan risiko gempa dan sudah menguji desain itu dengan mengacu pada tujuh riwayat sumber gempa terbesar di dunia. Hasil analisa struktur terhadap tujuh riwayat gempa tersebut menunjukkan bahwa longspan Kuningan memiliki nilai performa struktur life safety atau aman terhadap gempa yang mungkin terjadi.

“Harapan kami nanti saat LRT sudah beroperasi harus dilakukan dulu uji layak fungsi, uji beban yang diberikan oleh LRT langsung. Di uji tersebut akan kelihatan apakah yang kami desain sudah sesuai dengan apa yang diharapkan,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author