Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menetapkan 139 proposal penelitian dari 55 lembaga yang direkomendasikan menerima dukungan pendanaan tahap II Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19.
Total pendanaan yang dikucurkan untuk 139 proposal tersebut senilai Rp 27.328.367.000 yang berasal dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan yang akan diberikan secara bertahap. Sebelumnya, pada tahap I terdapat 134 judul proposal penelitian dari 34 lembaga yang dibiayai dengan anggaran senilai Rp 60.134.779.015.
Plt Sekretaris Utama Kemenristek/BRIN Mego Pinandito mengatakan 139 proposal tersebut sesuai dengan hasil penilaian dan penelaahan proposal oleh 33 reviewer bersertifikat internasional. Proposal diseleksi dari 903 judul yang diajukan 217 lembaga dengan 6 klasifikasi mulai dari pencegahan, skrinning, alat kesehatan dan pendukung, obat-obatan dan terapi, multicenter clinic, dan sosial humaniora.
“Dari proposal-proposal unggul ini diharapkan bisa dilakukan percepatan dan menghasilkan produk-produk riset dan inovasi yang bisa bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam penanganan Covid-19,” tutur Mego dalam konferensi pers virtual di Jakarta pada Jumat (10/7/2020)
Menristek/Kepala BRIN, Bambang PS Brodjonegoro dalam arahannya menyampaikan agar para penerima pendanaan tahap pertama menjadi inspirasi karena menghasilkan output berupa prototipe hingga tahapan industri dalam waktu relatif singkat 2-3 bulan.
“Kegiatan ini baru dimulai sekitar pertengahan Maret, kemudian di bulan 20 Mei sudah berhasil meluncurkan sekitar 57 produk inovasi atau hasil riset yang sebagian sudah dihilirisasi dan mendapatkan mitra industri sehingga bisa diproduksi dalam jumlah besar,” tuturnya.
Produk riset dan inovasi yang dihasilkan konsorsium riset tahap pertama antara lain Rapid Test, PCR Test Kit, Mobile Lab BSL-2, Ventilator, Autonomous UVC Mobile Robot, Powered Air Purifying Respirator dan lain-lain. Hasil riset dan inovasi tersebut bisa dicapai dalam waktu singkat karena kolaborasi dan sinergi dalam penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (Litbangjirap).
Menristek berharap kolaborasi dan sinergi ini tidak hanya terjadi pada masa pandemi Covid-19 tetapi menjadi pola sekarang sampai masa depan. “Jadi pelajaran pertama adalah pentingnya kolaborasi dan sinergi untuk bisa menyelesaikan permasalahan dalam waktu singkat. Kedua, bagaimana kemampuan kita untuk memperkecil atau berusaha menutup gap yang biasanya terjadi antara sisi penelitian dengan sisi industri,” terangnya.
Menristek berharap kegiatan riset dan inovasi ini bisa menghasilkan sesuatu yang kongkret dan menjadi solusi untuk penanganan Covid-19
Direktur Utama LPDP, Rionald Silaban menuturkan konsorsium riset dan inovasi yang dibentuk Kemenristek/BRIN merupakan salah satu wujud nyata untuk percepatan penanganan Covid-19. Karena itu LPDP menyambut baik dan mendukung pendanaan program Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19.
“LPDP telah melakukan refocusing anggaran riset untuk mendukung konsorsium ini sebanyak Rp 90 miliar. Pada tahap pertama LPDP telah menetapkan pendanaan untuk 132 proyek riset yang direkomendasikan Kemenristek/BRIN senilai Rp 59 miliar,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, Rionald menyampaikan komitmen LPDP untuk mendanai konsorsium riset tahap kedua yang direkomendasikan Kemenristek/BRIN. Menurutnya, LPDP sebagai pengelola dana abadi pendidikan berbentuk BLU (Badan Layanan Umum) memiliki fleksibilitas dalam pendanaan risetnya yang meliputi pendanaan riset bersifat lintas tahun, membiayai mesin atau peralatan riset yang dibutuhkan, dan mekanisme pencairan dana riset dapat dilakukan secara langsung.
“Dengan fleksibilitas tersebut, LPDP berharap dapat memfasilitasi penelitian dengan baik dan akseleratif untuk mencapai output riset yang ditetapkan,” pungkasnya.