Kepala BPPT, Unggul Priyanto dalam Media Gathering BPPT 2017 (foto Humas BPPT)
JAKARTA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan PT Kimia Farma berhasil membangun pabrik garam farmasi. Pabrik berkapasitas 2.000 ton per tahun ini merupakan pabrik bahan baku pertama di Indonesia.
“Bahan Baku garam farmasi 100% dari lokal. Kami harapkan ini akan menjadi solusi untuk mendorong kemandirian industri farmasi nasional, serta lepas dari ketergantungan impor garam farmasi,” kata Kepala BPPT, Unggul Priyanto dalam Media Gathering BPPT 2017 di Gedung II BPPT, Jakarta, Rabu (18/1/2017). Dalam acara ini deputi teknis menyampaikan berbagai capaian yang telah dihasilkan oleh BPPT.
Menurut Unggul, di tengah berbagai tantangan dan kendala, BPPT di usianya ke 38 tahun tidak lelah untuk terus menciptakan inovasi dan layanan teknologi demi kemandirian teknologi bangsa.
Selain garam farmasi, lanjut Unggul, BPPT menghasilkan inovasi ADS-B yang akan dipakai di sejumlah bandara di Papua. Sistem navigasi ADS-B ini pantas dipergunakan di Papua karena informasi yang diberikan lebih detail.
BPPT juga berhasil melakukan inovasi teknologi di bidang pangan seperti sistem produksi ikan Nila Salina yang mampu hidup di air payau dengan tingkat salinitas (keasinan) 20-25 ppt. Terkait isu daging sapi, BPPT mengembangkan inovasi teknologi peternakan pada sistem integrasi Sapi-Sawit (SISKA). Dalam rangka kedaulatan pangan Nasional, BPPT melaksanakan inovasi dengan diversifikasi pangan non beras untuk konsumsi seperti mie jagung dan mie sagu, serta beras analog.
Untuk inovasi bidang teknologi energi, BPPT menghasilkan produk inovasi PLTP skala kecil tipe flash yang saat ini telah mencapai tahapan sinkronisasi dengan jaringan PLN. Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya mendapatkan sertifikat layak operasi dan pengujian jangka panjang. Sertifikasi ini memungkinkan BPPT untuk melisensikan teknologi PLTP skala kecil ini ke masyarakat, instansi pemerintah, dan sektor swasta.
Disamping itu, BPPT juga melakukan layanan audit energi dan audit kelistrikan pada industri agar tercipta efisiensi energi.“Banyak ragam inovasi yang telah kita lakukan. Ini semua demi mencapai cita-cita kemandirian teknologi,” lanjutnya.
Pada tahun 2017, Kepala BPPT menyatakan bahwa jajarannya akan fokus pada agenda nasional khususnya Nawa Cita pemerintahan RI. Terkait kebijakan, Unggul meminta peningkatan peran BPPT yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa.
“BPPT akan fokus pada pengkajian dan penerapan teknologi yang memberikan impact atau dampak besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Saya ingin BPPT selalu menunjukkan eksistensinya dalam pembangunan di Indonesia,” pungkasnya.